Powered By Blogger

Februari 21, 2009

Subuh dan diri yang takut

Ternyata tidak mudah untuk memulai lagi,

Setelah sempat membuat mimpi yang hampir menjadi nyata.
Lantas saya menemui kenyataan akan ketidakmampuan saya membentuk sebuah dunia yang semestinya
( seperti yang saya inginkan )
hanya dalam satu kepala.

Saya lebih sering tersungkur akan beban berat, rasionalitas natural yang saya miliki sering menampar saya di setiap awal khayalan saya.
Saya menemukan realita yang coba saya hindari

Kekerdilan saya memaknai akan ke-Maha Adil-an Tuhan menjadikan saya seorang yang terombang – ambing.
Kaki saya ( sering ) masih berpijak pada lembaran sajadah, hanya pikiran saya menerawang gelisah.
Menggeliyat hampa.

Hanya saja waktu yang berdentang, semakin menuakan usia.
Saya mendapati ketakutan.
Ketakutan yang takut.

Ia kerap menyibak selimut di malam – malam tidur saya

“ Hi, bangun…
bangun anak manusia !! “

saya tak beranjak, masih ada nafas khayalan yang tak tertuntaskan.
Saya berontak, dingin

ashsholatu khoirumminan naum

ashsholatu khoirumminan naum

Untuk kesekian kali,
dan beribu kali.
Matahari membangunkan saya dengan penyesalan.
Saya tertinggal untuk satu waktu

Saya menuntut takut.
Takut yang ketakutan.
Takut yang takkan mati.

'' Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan sholat sebelum terbit matahari dan sholat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.'' (HR. Bukhari dan Muslim).

Februari 20, 2009

Kembali Rindu

Sejumput rinduku penuh luka saat angin mengembalikannya

“ seluruh raga ini tak juga menyentuh hembusan nafas perempuanmu “

Aku terhenyak gundah,
Merenungku hanya sebuah penantian
Kau di mana ?