Powered By Blogger

Mei 30, 2010

Lajangwan dan Lajangwati : Berjodoh via Internet ? Mungkin saja, ikhtiarlah..... ( Episode Multiply )

Entah kenapa ya di beberapa hari ini banyak saya jumpai QN dari sahabat – sahabat laki – laki yang rada mellow – menurut saya lho. Dan itu selalu tentang cinta ?

Tidak aneh sih, karena pada dasarnya saya pun selalu suka memanjakan diri pada sekian – sekian kalimat indah tentang ini.
Bisa dipastikan akan berujung pada hal yang sama sebenarnya, tentang keinginan yang disayang, keinginan yang diperhatikan, keinginan yang ada seseorang buat berjuang bersama….lebih jauhnya adalah keinginan untuk berumah tangga. Nah, terlihat lagi kan kosakata yang gak jelas ? he…he..he…

Sempat tertohok pada saat saya tukar pikiran ( diskusi sih tepatnya ) dengan seorang rekan senior yang Alhamdulillah beliau jauh lebih tinggi pemahaman ilmu agamanya daripada saya beberapa minggu yang lampau. Saya lupa tepatnya. Tapi yang pasti pembicaraan itu berlangsung di rumah saya ketika beliau menyempatkan bersilaturrahmi pada saya. Maklum, beliau adalah bagian dari jamaah tablig yang sering menggunakan waktu antara Maghrib dan Isya sebagai ajang silaturrahmi…..

Wah, terlalu panjang….baiklah, masuk ke intinya saja. Beliau mengatakan atau memberikan tausiyah atau memberikan semangat atau memberikan saran pada saya atau apapun namanya dan itu adalah tentang jodoh.

Hm, tentang jodoh ?
Iya, begitulah. Beliau berbicara pada saya perihal jodoh. Sebenarnya theme yang tak asing. Karena saat di kantor pun beliau selalu melontarkan candaan tentang ini pada beberapa rekan kerja yang jomblo.
Saya tersindir, saya tertantang, saya tiba- tiba ingin mengatakan : Iya Pak, saya bisa….

Kalimat yang dengan mudah saya mengatakan pada atasan setiap kali ada sebuah tugas, meskipun untuk pengerjaannya saya sering menghabiskan malam yang larut dengan setumpuk laporan.

“ Pilihannya adalah jelas, bersegera atau memperbanyak berpuasa….bagaimana dengan puasa antum ? “
Saya menggeleng, puasa meskipun hal yang lebih realistis saya laksanakan, tapi itu bukan suatu pelarian yang bijak untuk selamanya. Saya jelas akan membuat suatu keputusan tentang ini. Tentang fitrah saya yang seorang manusia. Ingin berkeluarga. Sederhana kan ?

Selain mendapati QN yang mellow, saya juga mendapati sebuah tulisan yang dari seorang Sahabat. Beliau pun sebenarnya COPAS juga, tapi Alhamdulillah - saya bisa membaca tulisan Jazimah Al-Muhyi lewat halaman multiply beliau. Judul tulisannya menantang sekali :
Dicari : Lajangwan Pemberani dan Percaya Diri

Silahkan luncuran langsung ke linknya ya ?!

Nah, apa tanggapan saya tentang ini. Hm, ya Bu. Terima kasih telah kembali diingatkan. Saya sudah.

Saya sudah mengirimkan photo – photo dan sedikit data diri kepada keluarga di Banjarmasin serta beberapa rekan yang menurut saya mampu untuk membantu dan Alhamdulillah, saya sudah meyerahkan perihal ini pada mereka.

Lho, apa maksudnya ?
Iya Bu, maksud saya….saya sudah melaksanakan usaha yang sudah dianggap kolot di negeri ini dan seperti yang ibu sarankan pula sebagai langkah terakhir, saya meminta bantuan kepada keluarga dan beberapa sahabat di luar kamp ini yang saya anggap bisa membantu saya bertemu dengan jodoh dan bersedia mendampingi saya di tanah ini. Bukan karena saya tidak ingin berjuang, tapi karena saya menyadari keterbatasan yang saya miliki dalam beberapa hal, dan juga karena saya sudah merasa cukup mengalami jatuh dua kali dalam setiap usaha sendiri. Saya kira, memilih untuk diikhtiarkan oleh orang lain ( dijodohkan ) adalah yang terbaik. InsyaAllah.

Sekarang apa hubungannya dengan QN yang mellow itu ?
Begini ya, Multiply adalah jejaring sosial, meskipun tak se-booming FB ( lagi – lagi ini adalah subjective ) yang di mana saya merasa nilai kebersamaan dan kekeluargaan terasa sekali. Saya tidak pernah ikut kopdar, tapi percaya tidak bila saya sudah seperti mengenal sekali beberapa contact saya. Saya anggap sebagian kalian adalah adik sendiri, saya anggap sebagian kalian adalah saudara yang saya panggil Abang, Mas, Non, dan Mba. Bahkan saya juga menganggap beberapa contact adalah Ibu dan Bapak bagi saya.

Nah, bila diantara contact saya, baik itu Lajangwan maupun Lajangwati yang juga merasakan seperti halnya saya, ada pertanyaan yang mengganjal di diri saya untuk beberapa hari ini.
KENAPA YA KALIAN TIDAK MENJADIKAN INI SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MEMULAI SEBUAH IKATAN ? MAKSUD SAYA, MUNGKIN KALIAN BISA MENYATUKAN SEGALA PERSEPSI, SEGALA HARAPAN KALIAN DALAM SEBUAH BINGKAI YANG HEBAT BERNAMA RUMAH TANGGA ?

Sepertinya para lajangwan harus memulai ikhtiar ini lho….

Hehehehe, sengaja saya Caps Lock itu pertanyaan di atas. Saya sadar kok ini akan menjadi bumerang, karena bisa jadi pertanyaan itu juga diajukan ke saya oleh kalian. Tapi saya sudah bisa menjawabnya, dan jawaban saya persis seperti yang saya jelaskan di atas tentang perihal jodoh bagi saya dan usaha yang saya sudah jalani.

Dan, sebagai penutup….
seharusnya kalian tertarik untuk menggunakan Multiply ini buat bertemu jodoh kalian, ikhtiarlah sesuai syariat....
akan lebih baik kan daripada kita menyanyikan lagu rindu sang kumbang yang tak juga berani terbang menuju taman bunga
Karena jodoh siapa tahu, seperti halnya yang menjadi cerita di sini

Sekadar pendapat dari saya yang juga seorang Lajangwan, tapi sudah berikhtiar untuk tidak menyandang status itu lagi......


haitami

Mei 26, 2010

Sore di perhentian

Saat ini perhentian saya adalah sebuah sore yang merambat di petang. Garis – garis awan selepas deras hujan menghantarkan semacam perasaan terkawani. Berjalan menyusuri emplasment Perdana Estate. Selalu seperti ini setiap kali. Masih memangku tas ransel di punggung dan titik gerimis lembut mengena dingin, membuat saya lebih realistis akan kehidupan yang saya jalani.

Saya mengalami berpuluh kali tubuh yang terkapar kalah, tersudut lelah dalam beberapa waktu lalu, dan itu cukup membuat saya menjadi petarung yang hebat dalam membunuh kesunyian dan permasalahannya.
Sendiri.

Tiba – tiba alunan murottal pengantar Maghrib dari Mesjid kamp menyentuh membrane telinga dan meneruskannya pada sekian syaraf – syaraf otak saya. Membuat saya berlari….

….saya berlari dalam keheningan yang menentramkan hati. Saya berlari pada degup jantung yang berdetak irama.

Oh, Tuhan….
entah mengapa, Kau masih berbaik hati untuk menghadirkan kerinduan ini pada resah jiwa hamba…….

Dan seorang sahabat hadir seketika lewat smsnya dulu : Selalu ada kerinduan tanpa batas untuk mengingatNya bukan ? meskipun kita kadang menutup hati sendiri……
maka berdo’alah agar Dia selalu mengarahkan hatimu padaNya.

Mei 25, 2010

Sang Sekretaris

Kemaren ia gak ada, katanya sich dinas, tapi saya bilang ia mo jalan – jalan saja. Kemaren saya merasa tenang kerja dan bukan cuman saya, buktinya beberapa rekan juga memberikan statement yang sama. Sepakatlah, kemaren kami lebih banyak kemajuan dalam input laporan.

Dan malam tadi ia menghubungi saat saya di kamar mandi…..
“ Tamiiiiiiii, printer gak mo ngprint nich. Gimana ini ? “, - seperti ini dech kalau gak salah cerita teman saya.......rupanya selepas jalan – jalan yang terbaca dinas di notenya itu, ia kembali menekuni tugas kantoran.

Alhamdulillah, bukan saya yang ngangkatin - karena masih ngendon di kamar mandi.
Teman saya. Alhasil dialah yang akhirnya terayu untuk kembali ke kantor buat membantu ia.

Sebut saja namanya adalah Putri, lebih mengena kan untuk kesan manja ? sekaligus diktator hebat buat bagaimanapun kesibukan kami, pasti akan dengan mudah terbujuk rayu untuk ‘ melayani masalah – masalah teknisnya ‘.
Copy laporanlah, email yang ngadatlah, cari dokumenlah

Dan pagi ini,
Ia duduk dengan manis seperti biasa di belakang meja sekretarisnya. Saya sapa ia, dan ia terehem – ehem saja. Yo uwees lah, yang penting haluk salam saya juga terdengar sama ia.

Pagi ini juga,
Saya kembali menekuni meja kerja saya dan sedikit melihat ia.
Hehehehehehe, Matanya agak berkantong namun ia tutupin dengan bedak yang sedikit tebal. Dan pelembab bibirnya lumayanlah terang sekali…..sayangnya bukan itu yang menjadi perhatian saya, dan itu adalah satu biji Jeruk Mandarin. Menggoda dengan posisi yang pas di atas printer hitam saya. Segar.
Saya yakin dari ia, biasa selalu begitu setelah browsing-nya ke kampung – kampung yang ada pasarannya. Seperti 'dinas'-nya kemaren itu….

Hm, ini pagi lumayan indah buat saya. Meskipun saya tak tahu apakah akan tenang input laporan, karena satu jam lagi biasanya ia sudah mulai merengek buat kami membelikannya nasi kuning di warung Haji Uni….hehehehehe

Mei 16, 2010

Tapi.....ibu tersenyum ?

Saya percaya bahwa perkara hati adalah sebuah rahasia untuk jiwa yang berada di luar selubungnya, dan hati manusia takkan pernah bisa dimengerti selama kata tak terucap, tangis tak terurai, tawa yang tak tersapa, dan emosi kemanusiaan lainnya.

Hanya satu yang tak bisa saya berhasil mengartikan, seringkali…..
Senyum,
benar sebuah senyum.
Ketulusannya menerjemahkan sebuah ungkap rasa yang bahagia atau tak ada masalah dengan dirinya.
Kehadiran segurat struktur wajah yang mengisyaratkan : ' saya baik – baik saja ‘

Benar sebuah senyum, yang mampu menembus rasa seorang seperti saya memahami akan indah cinta dan rajutan rindu darinya…..

Benar sebuah senyum, seandainya ia tidak mengatakan bahwa saat ini keberadaan diri, senyum, tawa dan cerianya adalah kamuflase dari sebuah kesalahan. Ia yang pergi meninggalkan suami dan dua buah hatinya yang masih kecil, tanpa pernah beliau katakan apa alasannya.

“ Tapi,........... ibu tersenyum ? “

......................

“ .....karena saya selalu mengenang saat saya bersama mereka Mas…..”, jawabnya dengan suara getar yang tertutupi – lagi – oleh senyum.



Warung kecil dan senja di tanah para pekerja

Mei 14, 2010

Deco, Ronaldinho, dan saya - nasib and tulisan yang tak nyambung

Pagi tadi,
tiba – tiba Manager saya mendekat dan berbisik : “ You tau tidak bila Mr. xx sudah pengajuan resign ? “
Dengan tatap penuh arti Bos saya tersebut mengisyaratkan ini hal yang benar terjadi dan semacam sebuah kenyataan tentang kata ‘ lagi ‘.

Hingga diakhir informasinya beliau berujar dengan nada tegas,
“ saya pun siap bila harus diminta mengundurkan diri, tapi harus hitung – hitungan dulu…...”

kemudian menasehati saya untuk tidak terlalu bertopang pada perusahaan ini. Swasta dengan modal asing sangat mudah mendepak karyawannya yang dirasa tak kompeten dalam system kerja yang diterapkan. Tapi bila melihat apa yang saya jalani dan pernah saya lewati, saya justru merasakan atmosfer sebuah tim bola di sini.
He..he..he…gak nyambungkan ?
Begini lho….
Dulu saya tak menyangka bila Barcelona ‘ berani ‘ melepas Deco dan Ronaldinho. Alasan dari Mr. Guardiola sih begitu pendek dan tak bisa saya terima saat itu.
“ Mereka tidak bisa saya tempatkan dalam tim yang saya bentuk nanti “

Wah, hebat bukan. Seorang Deco dan Ronaldinho dimasukkan dalam list ‘terbuang’ hanya karena seorang pelatih baru merasa mereka berdua bukan bagian perencanaannya terhadap sebuah tim. Akhirnya, pertaruhan itu ia - pelatih tersebut - bayar lunas dan pantas dengan enam gelar yang ditorehkan oleh Barcelona di tahun kepelatihannya.

Lalu bagaimana dengan saya ?
Hm ya, begitulah. Setiap kali terjadi perubahan structure Manajemen atas, maka lambat laun structure di bawah akan berubah. Staff – staff yang tak dirasa bisa menjadi irama dalam system kerja yang baru akan terdepak. Dalam artian diminta mengundurkan diri atau justru di PHK karena sebuah kesalahan. Bila tidak akan ter-apkir dengan sendirinya.

Saya pun tak merasa risau seandainya hal terburuk terjadi pada diri saya. Toch, akhirnya saya punya semacam ingat tentang garisan takdir rejeki yang ditetapkan untuk saya. Buktinya Ronaldinho kembali menemukan kehebatannya di AC Milan kan ? Dan saya bisa jadi di sebuah tempat kerja lain. Seandainya saya berhenti pada perusahaan ini….

Kabar baiknya adalah saya justru menjadi ( atau dijadikan ? ) bagian dari perubahan itu. Alhamdulillah saya dipercaya sebagai bagian sebuah system yang bergerak dengan cepat terhadap sebuah perubahan. Saya sempat terengah – engah mengikuti ritme kerja jajaran baru ini, system baru ini, dan segala hal yang ber-aroma baru.

Hampir putus asa dan hampir merasa tertekan sangat. Maklum bila sudah begini, intrik – intrik yang terjadi semakin hebat. Tapi ya saya sedikit realistis tentang kenyataan bahwa saya masih membutuhkan pekerjaan ini, masih butuh amlop gaji itu, masih butuh THRnya, masih butuh bonus tahunannya…he..he..he….

Ingat tentang ucap seorang kawan yang bekerja di bagian Bulking Installation. Sesaat ketika mobilnya meluncur dari Hotel tempat saya menginap tempo hari :
“ Bagaimana Tami, tertarik mengikuti jejak Mr. B tidak ? “
( Mr. B adalah Civil Construction Manager di tempat kerja saya yang mengundurkan diri per 30 April kemaren )

“ Gak tau nih Bang, tertekan juga bila kerja seperti ini. Saya hampir memporsir waktu hingga selalu lewat tengah malam… “

Lantas kawan senior yang sudah saya anggap saudara ini tertawa, keras sekali malah.
“ Seperti Mr. B itu enak Tami. Sehari dia cabut, hari itu pula dia mendapat panggilan kerja perusahaan lain. Lha, orang macam kita ini ? Mesti kembali berkejaran dengan iklan lowongan kerja dan ijasah – ijasah yang harus terlegalisir lagi…..”

Tiba – tiba ada benturan kenyataan bahwa ini hanya bagian kecil dari sebuah perjuangan dan tiba – tiba sayapun terpikir pada beberapa teman yang jauh nun di negeri asing. Apakah mereka punya pertimbangan – pertimbangan seperti ini pula saat memutuskan kembali pulang ke negeri kelahirannya. Tentang ketakutan akan kembali harus menapak kaki dari bawah bila berbicara tentang garis rejeki. Sejujurnya saya merasa lebih baik.
( Wah, jauh banget pikiran saya ya ? Ada apa ini ?..he…he..he…)

Tak nyambunglah….
Yang pasti menjadi karyawan itu enak lho, setiap bulan akan pasti mendapatkan bayaran.
And last,
jadi karyawan itu enak lho, karena setiap saat bisa menuliskan hal – hal yang gak jelas seperti ini…he..he..he….

Mei 13, 2010

Saya boleh bangga tidak menjadi contact kalian ? ( Episode Multiply )

Boleh tidak saya mengatakan bahwa mereka – mereka yang menjadi contact saya di MP ini adalah sahabat, teman, saudara, Abang dan penyebutan lainnya yang mengisyaratkan saya dekat ?
Maksud saya, meskipun saya belum pernah bertemu dengan mereka ( kalian ).
Bila itu boleh, maka saya merasa bahwa kebanggaan diri ini tidak hanya klaim diri saya sepihak saja. Semacam ada pengakuan juga dari mereka ( kalian ) bahwa saya memang ada di antara orang – orang hebat.
Benar, saya bangga sekali dengan keberadaan ID saya yang sudah terjalin contact dengan mereka ( kalian ) yang hebat. Mulai dari penulis hingga seorang professional dalam bidang pekerjaannya.

Hm, apa ya. Cukup merasa surprise tentang relasi saya yang mencakup sekian banyak latar belakang. Dan karena MP adalah dunia yang terbaca via tulisan, maka komunitas penulis di sini cukup membuat saya merasa menjadi seorang yang beruntung. Beruntung dalam arti saya – merasa - diterima menjadi bagian dari sebuah komunitas, walaupun posisi saya yang hanya sebagai ‘ pembuang sampah ‘ di MP ini.

Seperti seorang anak kecil yang bercerita dengan bangga pada beberapa teman bahwa ia diterima dalam sebuah kumpulan para pemain – pemain bola favorit di kotanya. Ia sangat bangga bercerita tentang itu, yang juga tidak terkecuali saat ia menceritakan bahwa ia hanyalah sebagai anak yang diminta untuk membawa dan mengumpulkan barang – barang para pemain. Mulai dari handuk, pakaian, sepatu, bola dan air minum.
Ia tidak melihat dari apa yang ia lakukan, tapi melihat bahwa ia adalah bagian dari sebuah kumpulan orang – orang hebat. Sehingga hal yang ia lakukan bukanlah sebuah arti kecil baginya, tapi justru menjadi bagian dari kehebatan kumpulan itu sendiri.

Begitulah saya sekarang ini. Saya berbangga diri, saya merasa juga hebat – walaupun sekali lagi cukup hanya menjadi contact dari mereka – mereka yang hebat.

Dan bila melihat apa yang dilakukan oleh anak kecil itu, maka saya seringkali ditempa pada pertanyaan – pertanyaan yang kadang sangat mengganggu eksistensi saya :
Cukupkah hanya dengan menempatkan sekian comment kata sanjung, support, nasehat, bahkan do’a dalam setiap tulisan ?
Cukupkah hanya dengan ucap selamat ulang tahun pada guest book halaman MP mereka yang berulang tahun atau hanya menancapkan sekian kata sapa sebagai tanda saya bersilaturrahmi ?

Saya tidak bisa menjawabnya, karena jawabannya ada di mereka yang hebat itu, mereka yang saya ingin tetap dianggap sahabat, saudara, dan lain halnya oleh mereka.

Tapi paling tidak, tulisan ini menyiratkan wajah yang ceria. Wajah yang oleh seorang anak kecil ia tunjukkan saat memamerkan baju kaos salah seorang pemain bola tim kesayangan dikotanya. Hadiah dari apa yang ia kerjakan di pinggir lapangan.

Begitu pula saya,
Yang merasa bangga karena berhasil menyimpan No Hp salah satu penulis Novel negeri ini.

Mei 12, 2010

Selamat pagi untuk hari yang baru terbit ini

Pagi….

Ada seberkas sisa – sisa air hujan di atap long house yang saya tempati dan tebaran kabut berembun basah pada daun – daun.
Malam tadi hujan. Gemuruh, petir dan hentakan air yang berbunyi nyaring saya tinggalkan pada dunia yang tidur. Lelap.
Dan sekarang, sisa – sisa keramaiannya sudah berubah pada kesejukan tanpa batas yang saya nikmati di beranda. Segelas kopi dan notebook.

Saya hanya ingin menulis saja, tulisan pertama setelah kembali menjejakkan kaki di kebun. Saya menikmati hujan, hanya setelahnya. Merapatkan jaket dan syal. Menikmati aroma sawit yang terhantarkan lewat angin. Dunia subuh yang sunyi, tidak ada mobilitas kaum pekerja di bawah tempat tinggal saya. Mungkin karena ini hari libur. Moment yang tepat untuk bermalas dan manja.

Hm, saya tak membayangkan apa yang beberapa orang lakukan, karena diwaktu seperti ini ( pagi yang dingin dan berkabut ) - masih berada dalam selimut di atas tempat tidur, yang bisa jadi bersama pelukan pasangan hidup dan anak – anak adalah hal jarang bisa mereka dapati. Maklum, mobilitas pekerja di mulai justru di kesunyian sekarang ini.

Bisa jadi saya katakan bahwa kesunyian di kesubuhan inilah dunia saya kembali berputar. Akan kembali menikmati laporan – laporan dan pengiriman data. Begitulah, setelah ini saya akan bekerja. Menjalani rutinitas yang justru oleh kaum pekerja lainnya diwujudkan pada lelap dan hangatnya sebuah pembaringan dan selimut.

Benar,
Saya suka hujan hanya setelahnya. Saya menikmati sunyi pagi ini karena lebih mudah merasakan embun pada telapak tangan. Saya menikmati secangkir kopi dan tulisan saya sekarang.

So, selamat pagi untuk hari yang baru terbit ini……

Mei 09, 2010

Rindu 4

Kembali harapan menuai salah. Perihal cinta
Bahwa ini bukan sesuatu yang dipermainkan. Berkaitan dengan hati. Secumbu rayu pun kita bukan dua manusia yang berada pada sisi yang sama, - saat ini - bahkan untuk sekadar berbagi.

Sekarang biarkan rasa itu mengalir di diri masing – masing. Entah kapan kita akan memetiknya pada taman impian Angsoka.
Hingga kita mengerti,
Ini adalah tentang sosok Arjuna dan Srikandi yang tersentuh jodoh pada sumpahnya Bisma dan kutukan Dewi Amba.

Rindu 3

Dan mungkin bila waktu mengungkapkan tentang ini. Mohon kau kembali tersenyum. Seperti dulu.
Masa lalu yang menciptakan cerita dan masa lalu yang membuat ini kembali ada, sebagai kenangan. Kita tak pernah luput dari ucap tanya mengapa, selalu ada gumamam kecil yang berserak di antara nostalgia. Sedikit pertemuan, sedikit sapa tiap kali berpapasan. Kau lebur aku pada setoreh luka yang sudah mengering ia, meskipun cacatnya tertoreh bak prasasti kekalahan
Ah, kau benar – benar sekuntum bunga.
Ah, kau benar – benar selarik warna pelangi.
Ah, kau benar – benar bidadari

Dan aku…..
Ksatria, mati di ujung pedang seorang laki – laki yang direstui

Rindu 2

Ini akan indah, percayalah !!
Kau akan mengerti pada masanya nanti. Tidak karena hari ini kembali aku tak mampu menyematkan sekuncup kamboja di sela – sela rambutmu. Tidak pula karena kutak mampu,
kembali tak mampu menyibak sayumu menjadi sebuah senyum seperti sedia kala.

Adik,
Kehampaan yang terasa pada alunan gerak bibirmu, kan tersimpan di hati ini.
Beri aku kesempatan.
Lagi
Lagi
Dan lagi

Rindu 1

Dik,
Ingin ku tumbuhkan segera semerbak rumpun bunga pada gelisah sebuah hati yang samar memanggil rindu. Menjemput ada-mu
kau akan selalu ku jaga disegenap kemampuanku untuk ucap do’a - tentang pinta seorang yang disayang…..
Hingga kita akan menautkan hati pada bingkai yang semestinya......

Sedikit catatan saya tentang bimbang itu

Pagi terakhir di Samarinda, artinya adalah hari yang harus ( kembali ) saya lewatkan dengan keindahan. Karena berada dalam keramaian kota merupakan kesempatan yang sangat jarang bisa saya saksikan. Setelah ini akan kembali ke kebun.

Kebimbangan masih mengena. Beberapa hari yang lalu saya ingin mengundurkan diri. Dan ironisnya sore kemaren saya menghabiskan banyak rupiah untuk membeli kebutuhan kerja saya. Berbelanja. Mulai dari sepatu, celana kerja, jeans, baju, dan tas. Saya seperti lupa diri terhadap kebimbangan saya sendiri. Yang seharusnya uang tersebut tentu akan lebih baik berada dalam account rekenening tabungan saya, sebagai uang bertahan hidup selama masa jeda setelah berhenti dan kembali kerja.

Nyatanya ?
Saya seperti menyakinkan diri bahwa memutuskan berhenti merupakan ide yang buruk saat ini. Meskipun bertahan dalam situasi yang berat adalah keputusan yang berani juga. Akhirnya itu semua seperti mendapatkan jawaban dari apa yang telah saya lakukan tanpa ada kesadaran dengan apa yang sempat terpatri dalam ingin saya tentang sebuah hubungan kerja. Semacam lecutan untuk saya bisa kembali semangat dan memperbaiki situasi serta kesalahan kesalahan.

Aneh ?
Hm, sebenarnya tidak juga.
Bagi seorang teman, apa yang bisa membuatnya bertahan untuk bekerja dengan situasi yang terkadang seringkali berat untuk ditanggungnya adalah hanya beberapa kalimat istrinya dan tatap mata anak – anaknya.
“ Mas, baju si Iwan sobek…”, mata itu begitu inginnya agar sang anak bisa ia belikan sepasang baju seragam baru dan mata itu menginginkan ijin dari sang suami. Dan di lain waktu ia juga mendapati ucap pinta puterinya yang hanya sekedar ingin dibelikan mainan – mainan baru yang sebenarnya sederhana, sebuah boneka.
Masih banyak hal lainnya saat teman tersebut berbagi cerita pada suatu malam.

Dan sekarang saya ?
Saya masih menjalani hidup yang sendiri. Pertimbangan saya murni adalah untuk diri saya sendiri. Saya tidak punya seseorang yang saya bisa menjadikan mereka sebagai bagian yang menjadi factor untuk pertimbangan sebuah keputusan. Yang tersayang, yang ingin saya bisa membahagiakannya. Saat ini tidak ada.
Jadi saat saya kemaren melakukan aktivitas belanja itulah – yang sebenarnya tanpa kesadaran akan sebuah kebimbangan – saya menjadi menemukan sebuah kesadaran tentang sebuah diri yang ingin bisa lebih survive dalam hidup. Mengambil pengalaman sembari mendewasakan diri.

Tidak seperti teman yang telah berbagi cerita pada saya : “ Mereka adalah cahaya bagiku, ekspresi bahagia mereka adalah hiburan yang terindah yang bisa aku lihat…..”

Melankolis.
Saya ingin mempersembahkan cerita ini nanti untuk seseorang yang akan saya ingin ia bahagia karena saya.

Mei 05, 2010

Ijinkan Anaknda merindukanmu Ayah,....

Ijinkan Anaknda merindukanmu Ayah, meski saat ini jasadmu adalah bagian dari tanah yang sekarang Anaknda berdiri di sampingnya.

Mei 02, 2010

Bimbang....

Kebimbangan mengena, dan hidup menyajikan parodi yang apik untuk saya hanya bisa kecut miris. Pun dengan langkah saya yang capai akan kejenuhan. Saya tersapu pada wajah yang munafik berkali – kali. Usaha jernih hati dan istiqomah pada azzam yang melekat sekedarnya di jiwa ini tak mampu bawa saya berdiri, yang bahkan untuk kibarkan bendera perlawanan.
Saya tergerus arah, saya tersapu pada jejak salah.

Hm, ya
Awal dari sebuah kepalsuan.

Segenap hati yang riuh, bertabuh kelu.
Tak menunjukkan daya, namun wajah tetap tertawa.
Lelah, lelah saja untuk terus tersenyum.
Lelah saja untuk terus bersandiwara

Tuhan, cukup Kau yang menjadi saksi pada bimbang ini......