Powered By Blogger

Agustus 23, 2010

Viktor ingin menjadi tentara, karena Viktor ingin menembak musuh.

.




“ Siapa namamu Nak “

“ Viktor Pak “, tegas dia

“ Jadi, apa cita – citamu ? “

“ Siap, saya ingin menjadi tentara Pak “

Viktor Dopu. Kelas 5 SD. Hanya seorang anak dari Wakar yang bernama Hendrikus Dopu. Berasal dari Timor Larantuka. Ia begitu lugas menjawab tanya dari seorang Direksi perusahaan, sesaat setelah upacara peringatan Ulang Tahun Kemerdekaan Negeri ini di suasana kamp.

“ Hm, alasannya Nak ? Bapak ingin tahu kenapa kau ingin menjadi tentara ? “

“ Saya ingin menembak musuh Pak “, tanpa ragu.

Viktor kecil bercita – cita menjadi tentara karena Viktor ingin menembak musuh. Musuh negeri ini ?
Ah, bisa jadi.

Tiba – tiba saya membayangkan seorang Viktor menyergap Tentara Maritim Diraja Negeri tetangga yang masuk tanpa ijin. Melanggar batas Negara. Dan Viktor menembak mereka…..
Viktor adalah tentara yang berhasil menembak pelanggar kedaulatan negeri ini.
Pelanggar kedaulatan. Sebuah negeri yang di mana Pak Direksi yang bertanya cita – cita kepada Viktor terdaftar sebagai Warga Negara.


.

Agustus 22, 2010

Ramadhan - Berbuka di Sebuah Mesjid

.





“ Assalamualaikum…….Kaifa Haluka ya akh ? “, tiba – tiba seorang pemuda menghampiri saya yang baru saja tiba dan berdiri di selasar sebuah Mesjid. Sembari mengangkat satu kaki untuk melepas sepatu. Tapi tindakan itu saya batalkan. Saya lebih memilih menyambut tangan pemuda itu….

“ Oh, Alhamdulillah bilkhair…syukron “, dengan sedikit isyarat heran saya balas sapa itu dan menjabat tangannya. Pemuda di depan saya tersenyum. Hangat dan menyiratkan wajah yang sangat ramah…

“ Anta tentu ingin berbuka di Mesjid ini ? “, ia kembali bertanya. Sopan

“ Hm, iya… “, sayapun mengabarkan wajah tersenyum dijawab saya

“ Oh, Tafaddhol ya akh….tempat wudhu ada di sana, dan ini….silahkan gunakan sandal jepit ana untuk berwudhu “, pemuda itu memberikan sepasang sandal jepit yang sekiranya bisa saya gunakan untuk ke kamar kecil dan berwudhu, menggantikan sepatu kerja saya…..” Saya tinggal dulu ya akhi, Assalamualaikum…..”

“ Wa’alaikumsalam…. “, dan kami sama – sama meninggalkan anggukan dan senyum sebagai tanda undur diri dari percakapan.

Keramahan itu benar – benar menyejukkan. Sangat menyejukkan bagi musafir yang lelah. Hidangan takjil berbuka begitu nikmat dalam sosialisasi yang bersandarkan ukhuwah.

“ Kami ingin menjadi bagian kaum yang memakmurkan Mesjid ini Mas, Rumah Allah. Dan menjadi kebanggaan bagi kami berkesempatan menyambut tamu – tamu Allah di bulan suci Ramadhan ini……”, seorang pemuda lain menghaturkan rasa pada saya ketika ucap kekaguman itu saya ikrarkan di sekumpulan mereka……..


Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut ( kepada siapa pun ) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
( Q. S At-Taubah :18 )


.

Agustus 19, 2010

Mari kita bicara cinta pagi ini

.



Mari kita bicara cinta pagi ini,
Karena saya merasa lama juga tak menyapa kata itu, dan menancapkannya di tulisan saya.
Cinta ? It’s sounds like a strange word. Dulu, bagi saya yang patah hati. Dan sekarang cinta adalah…..
Gak, cinta gak berarti apapun. Deskripsi terlalu bebas akan membuat ia menjadi kata yang tak mandiri,tak indipenden. Lantas menjadi manja. Cinta hanyalah sesuatu yang terjelaskan dengan indah, terpuisikan.
Akibatnya cinta tak berarti apapun dalam nyata, karena kita terlalu membuang energi berteori, merumuskan, memahami, dan hal yang membuat kita terlelap dalam angan - angan. Menurut saya lho….

Jadi,
apakah saya akan berani mencintai seseorang dengan cinta yang tak terartikan itu ?. Ups, maksud saya ia adalah seorang perempuan.
Heh, tiba – tiba renungan Kahlil Gibran dalam sayap – sayap patahnya mempengaruhi sentimental saya. Mengajak saya bergulat pada kata – kata puitis. Tapi tidak, saya tidak ingin terbius oleh sisi melankolis ( lagi )

Hups, Pertanyaan yang aneh saya kira : tentu saja.
Saya masih teramat sangat banyak rasa malu. Jangan tertawa. Ini agak sulit dijelaskan. Tapi begitulah, meskipun ini tak membuktikan apapun.
Saya payah perihal ini. Dan saat memutuskan untuk meniadakan proses pengenalan lebih jauh ( berpacaran ), itu karena saya sangat mengerti siapa diri saya.

Saya ingin mencari perempuan yang pasrah, seolah – olah hanya saya satu – satunya laki di dunia dan ia bagaimanapun harus menerima saya untuk menautkan rasa cinta miliknya. Cinta seorang manusia pada manusia, Fitrah. Sehingga saya akan memperoleh keyakinan bahwa ia ( perempuan itu ) memang menerima saya apa adanya, karena hanya saya laki – laki yang bisa dipilih. Ini bukan perkara multivle choice, tapi semacam…..
kalau tidak saya, ia tidak akan mendapatkan laki – laki siapapun. So, dia menerima saya dengan kalimat yang sangat saya senang mendengarnya : mencintai apa adanya dan setulusnya…..
Saya akan menikahinya !!

Hehehehe, terlihat lebaykan ?
Kawan saya terbahak – bahak sekali mendengar keinginan konyol ini. Dia beranggapan ini harapan yang ( seharusnya dan *saya tak sependapat sekali ) dimiliki oleh perempuan, kecuali saya adalah seorang Gollum dalam trilogy The Lord of The Ring.
Dan sejauh pemandangannya ( hehehehe, saya merasa tersanjung kali saat ia mengucapkan kalimat lanjutan ini ) – saya ini tipikal yang jauuuuuuuuuuuh lebih baik dari makhluk pengkhianat itu.

Lah, kembali ke topik dach, berkaitan cinta tentu saja. C.I.N.T.A
( Yang dalam beberapa tampilan televisi dan sampul VCD – bajakan tentu saja, bahkan tulisan cinta menjadi C.I.N.T.A – apakah memang seperti itu ya penulisan cinta sekarang ? atau hanya sekadar pelafalan ? Ahk, taklah saya urus hal macam itu )

Yaps, seandainya Kahlil Gibran masih hidup, maka saya ingin memaki dia dengan tulisan ini.
Sayap – sayap patah tak berarti, bukan karena tersobeknya beberapa bagian buku itu – tapi karena saya benar – benar tak percaya segala kata – kata puitis dapat membawa suatu hubungan pada ikatan dasar yang bisa bertahan dalam waktu yang lama. Cinta tidak melulu terproyeksi pada kata – kata, sekian ucap tulus, dan perasaan yang terpuisikan. Tapi rasa semacam itu hanyalah batasan untuk ukuran diri yang semampunya bisa….
bertahan ? entahlah.
Saya tak bisa merangkai lebih baik kalimat penjelasan untuk ini.

Dan saya juga ( sekarang ini ) tak terlalu menikmati tulisan macam Sayap Yang Tak Pernah Patah dan sebagainya. Serial Cinta. Maaf, saya tidak berada dalam posisi tidak menyukai, hanya tidak lagi menikmati. Benar, entah kenapa saya tak lagi menikmati tulisan – tulisan lembut itu.

Gak terlalu mengerti, mungkin karena saya ( sudah ) berada di garis realitas yang tak sempat untuk berteori. Mungkin hati saya tak lagi membutuhkan kelembutan kata – kata. Mungkin ya ? Karena hati siapa tahu, hati siapa yang bisa memahami ?

Toch, setiap kelembutan dan melankolis saya akhirnya saya abadikan sebagai sampah rasa juga di halaman ini.

Baiklah, lalu apa yang sebenarnya ingin saya katakan pada cinta ? Untuk kata itu ?
: Hm ya, saya tidak sedang jatuh cinta ( untuk lawan jenis ) pada siapapun, bahkan ketika….

“ Bang, Alhamdulillah…cincinnya sudah ada yang menerima “

“ Hm, Siapa Jar ? “, Fajar Firdaus – saudara saya. Saudara yang saya kasih amanah membawa sebentuk cincin untuk ditemukan pada yang bersedia memasangnya kelak di jarinya.

“ Adik angkatan dari istri Kak Ipul di Darussalam Martapura “

“ Mama ? Mama Sudah… “

“ Sudah Bang, mama sudah langsung bersilaturrahmi ke rumahnya. InsyaAllah baik bang. Teleponlah mama malam ini, jangan sekarang, masih capai beliau “

Akhirnya, meskipun cinta saya tak jatuh ( kata lain jatuh cinta ), toch saya punya harapan tentang ibadah, tentang melengkapi separuh dien yang kata orang seharusnya bisa terealisasi dari kehadiran kata ( saling ) men-cinta-i pada lawan jenis itu.

Lho, kau manusia yang tak punya cinta ya ?
Hehehehe, gak. Saya punya cinta kok. Saya cinta pada agama saya, pada mama saya, pada saudara saya, dan cukuplah kesemua cinta itu yang memparalelkan cinta saya pada seorang ( perempuan ) kelak.
InsyaAllah, aamiiiiiiiiin.


haitami


*MP3 mengalun nada 'yang sangat kusayang' - Rano Karno. Membuat pagi ini berubah menjadi lantunan rindu



.

Agustus 18, 2010

Ramadhan - Episode 6

.

.


Ramadhan

Apa makna Ramadhan ?, seorang Goenawan Mohamad mungkin terlalu ekstrem dengan mengatakan :

Yang dirayakan dalam Ramadhan adalah

kekosongan. Tapi kata ini memang terdengar buruk

di zaman ini. Jalanan telah sesak, etalase meriah,


ruang tamu ramai perabot, hutan tak punya pertapa,


dan orang bersaing menyatakan kesalehan dengan


pengeras suara. Puasa kini proses menunggu tabuh


yang bertalu-talu. Kita telah mengubah maghrib jadi


isyarat merayakan makan. Menjelang saat itu, lapar


ibarat 12 jam transit.*



Tapi toch ia hanya mengisyaratkan kenyataan. Kenyataan yang tak kita pedulikan. Karena kita memaklumi kemanusiaan kita yang sering saja alfa memaknai suatu laku, pada suatu waktu yang ditahbiskan sebagai kesucian di antara bulan lainnya. Maaf, saya tidak bermaksud menampakkan sebuah pola yang bertentangan. Ini saya jaga dalam persfektif saya yang seorang biasa dan ingin belajar tentang banyak hal. Terutama untuk makna, saya hanya berusaha memaknai setiap episode yang bisa saya catatkan dalam moment hidup saya sekarang.


Subuh, tanah para pekerja
Ibu itu tua, sementara seorang anak kecil yang menuntunnya terlihat sigap bak ksatria. Mensejajari langkah tua ibu itu. Yang pelan, yang tersendat – sendat di bungkuknya. Menuju mesjid yang baru saja menyelesaikan ucap : Hayya 'alash sholah di lafadz azannya….
Jamaah laki – laki berdiri dengan 5 shaft baris, dan shaft perempuan yang hanya ibu itu sendiri…….


Menjelang zuhur, tanah para pekerja
Seorang anak kecil tergopoh – gopoh mendatangi seorang Ibu separuh baya, dan mengadukan perihal anak ibu paruh baya itu yang batal puasa dengan berbelanja snack di sebuah warung, dan memakannya.
Anak kecil itu tidak sendiri, tiba – tiba beberapa anak kecil lainnya juga menyusul dan membenarkan laporan dari teman pertama. Mereka seperti kumpulan anak yang berdemo di hadapan sang Ibu. Sementara, sang anak yang berbuat kesalahan berjalan gontai di kejauhan. Seperti seorang pejuang yang terkalahkan oleh rekan – rekannya sendiri…….


Tarawih, tanah para pekerja.
Anak – anak masih banyak yang tidak pulang. Bahkan setelah sholawat dan salam pada Rasulullah SAW disertai jabat salam antara para jamaah. Mereka berdiri di depan pintu. Selalu seperti ini. Menunggu sang Imam, agar kiranya berkenan untuk menandatangani sebuah buku laporan. Laporan absensi kegiatan Ramadhan……
Yang mungkin bisa menambah nilai agama di raport mereka kelak……



Apa makna Ramadhan ?
Ahk, saya tak akan membeberkan makna saya terhadap Ramadhan di tulisan kali ini. Saya hanya ingin bercerita. Bercerita tentang beberapa pandang saya di bulan suci Ramadhan. Dengan polah tingkah anak – anak kecil, anak – anak tanah para pekerja yang kebanyakan mereka justru terlahir di keasingan ini.

Mereka cukup membuat saya tersenyum, bangga, dan membuat saya rindu ingin menciptakan ketulusan dan kepolosan dalam ibadah saya.
Seperti seorang di antara mereka yang dengan khusyu’nya meng-ejakan niat sholat isya saat di samping saya malam tadi, meskipun terbata – bata….


haitami


*Saya copas dari Tulisan Goenawan Mohamad dalam bukunya Tuhan dan Hal – Hal yang tak selesai

Photo saya ambil dari sini dan sana.


.

Agustus 17, 2010

Aku dan Ayah - Ziarah

.


Tiba – tiba Ayah menarikku dari kerumunan anak – anak yang bermain – main itu. Kali ini Ayah pasti marah, karena aku sebenarnya janji pulang lekas setelah mengaji. Tapi ajakan Dani sangat menggiurkan, bermain asinan di lapang kecil dekat rumah Wak Haji Ijak. Ayah tak berkata apa – apa. Sesampai di rumah, aku hanya disodorkan pada Ibu yang sekonyong – konyong menyambutku dengan penuh rasa. Dilepasnya bajuku, dimandikannya. Setelah itu dipakaikan oleh nya kembali pakaian koko lengan panjang dan celana padanannya yang sudah bersetrika. Kemudian dituntun menuju Ayah yang bersiap melaksanakan Maghrib. Aku, Mama dan Kakak perempuanku…..

“ Buyung minta maaf kali ini yah…”, ucap minta maaf bisa jadi adalah senjata ampuh yang selalu. Dan seperti biasa Ayah tersenyum karenanya. Didudukkan olehnya aku di hadapan. Mushaf kecil Al Qur’an tersodorkan.

“ Ayah ingin dengar buyung mengaji, kata Ustadz Iya udah masuk kelas Al Qur’an kan ? “, ia menatapku. Dan tangan kasar itu mengusap kepalaku yang tunduk malu. Kehangatan seorang Ayah…..

Aku, hampir 7 tahun saat itu. Kali pertama membacakan ilmuku di hadapan beliau. Membaca Al Qur’an.

Dan kini, akupun ( kembali ) di dekat Ayah. Satu surah Yasin dan do’a – do’a kulantunkan, untuknya…….



Sei Pantai – Barito Kuala

Ziarah padamu Ayah






............................




Dalam kesempatan mengenang Alm. Abah saya yang berulang tahun hari ini di 17 Agustus…dan menyemarakkan kuis flash fiction yang diadakan oleh seorang Uni Intan : disini


.

Tanah para pekerja, masih karena Tembang Ilalang

.

Saya tidak mengetahui di bumi mana yang lebih baik bagi saya selain di sini, tempat yang memberikan saya kesempatan untuk berbaik diri. Perjalanan saya adalah jalan yang pendek, saya hanya mengenal baik tempat terpencil ini, kota kelahiran, dan beberapa kabupaten yang sempat terjelajahi oleh penempatan PNS Abah saya.
Bila berbalik arah, saya mendapati rentang waktu yang begitu cepat, hingga saya tersadar akan keberadaan saya di kamp perkebunan sawit ini.

Saya hampir terlupa tentang tembang ilalang, saya terlupa tentang sungai – sungai yang sempat saya lakoni dengan kekanakan saya. Yang oleh Abah sering saya dikasih marah besar karena keramaian diri yang bermain – main hingga senja. Lepas dari aktivitas mengaji di mesjid. Dan mama yang meskipun ikut pula mengomel, tapi selalu membuka pakaian saya yang kotor, dan langsung memainkan tangannya dengan sabun sebelum pakaian – pakaian itu akan tersentuh dengan harmoni gerakan indah dari seorang Ibu. Mencuci besok, menjemur….dan menyediakan sepiring nasi, lauk pauk ikan asin dan tempe goreng plus sedikit kecap setiap pagi di sela – sela titian sibuknya.

Slide kenangan itu menciptakan diri saya. Setidaknya menciptakan saya yang punya rindu. Bukankah manusia hidup karena ia berangkat dari masa lalu, tidak berasal dari masa depan. Waktu berjalan maju dan bertambah bilang, tidak menyusut. Dan sungguh, sungai – sungai itu, ilalang itu mungkin sekarang adalah sebuah cerita, dulu. Karena seperti sayapun yang kekanakan adalah masa lalu, yang selalu berusaha menangis keras di belakang punggung ibu untuk menghindari marah Abah adalah masa lalu, yang selalu diam – diam mengganti celana di tiap malam agar tak ketahuan ngompol, sehingga tinggal adik saya yang menjadi tersangka ngompol karena kasur yang basah, benar – benar basah adalah masa lalu,

Adalah masa lalu
Adalah masa lalu

Dan kini saat saya menulis ini, saya katakan : Saya rindu pada semua hal tentang itu. Seandainya saya tak mendewasa, seandainya saya bisa kembali ke saat itu.

Hm, ya. Masa kecil.
Masa kecil yang utuh seperti layaknya anak – anak dari rumah tangga yang sederhana.
Hingga Abah meninggal, dan remaja saya adalah sebuah kesalahan serta banyak dosa. Hingga sebuah perjalanan mengantar saya di tanah ini. Tanah para pekerja, yang seperti tembang ilalang bisikkan : Di padang yang tak pernah terjamah impian manusia

Dan padang ilalang yang juga mengingatkan cerita Malin Kundang, bahwa saya masih punya mama tempat berbakti, agar saya tidak menjadi batu yang tak punya rindu……


Tanah para pekerja, masih karena tembang ilalang


.

Agustus 15, 2010

Tembang Ilalang

.




Impian telah melemparkan saya pada tidur yang tak lagi lelap
Telah lama saya tinggalkan masa kanak di tanah kelahiran
yang kerap saya rindukan
rinai hujan jatuh di atap rumah kami
di mana pada halamannya dulu Bapak mengajarkanku
menghapal al-fatihah : ihdinasshiratal mustaqiim
lalu setelahnya, bunda akan bercerita
tentang bidadari dari negeri nun
yang membuat saya ingin memiliki sayap
kemudian terbang kepadanya

impian kadang membuat saya merasa bersalah menapakkan kaki
Saya ingat lagi nyanyian masa belia
Yang ditembangkan bocah – bocah gembala di padang ilalang
Jauh sebelum saya mengenal warna – warni dunia
Jauh sebelum akhirnya kaki ini menapak jua
Di padang yang tak pernah terjamah impian manusia

*from Novel ' Tembang Ilalang ' – MD Aminudin
Saya terjatuh pada rasa hati yang yang sama di setiap kata tulisan ini.

Padang Ilalang, Tanah para pekerja
Medio Agustus - panas berdebu


.

Agustus 11, 2010

Ramadhan : Episode 4 ( MAGHRIB, ISYA DAN TARAWIH ……VS ……Sinetron Ketika Cinta Bertasbih & Kemilau Cinta Kamila....siapa yang menang ? )

.


Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang paling mulia, di mana amal ibadah kita akan dilipat gandakan…..
Kemudian…benarlah, dengan berpuasa kita dilatih untuk mengendalikan diri……

Tiba – tiba saya tersentuh pada sesuatu pikir :

MAGHRIB, ISYA DAN TARAWIH ……VS ……Sinetron Ketika Cinta Bertasbih & Kemilau Cinta Kamila atau ( bersembunyi di balik ) kata – kata yang mengisyaratkan lelah.

Siapa yang menang di dalam diri kalian ?

Hm, silahkan kalian jawab sendiri. Seiring bergantinya satu demi satu hari dalam Ramadhan….

Karena tanya inipun juga saya isyaratkan untuk diri saya sendiri.....

.

Agustus 10, 2010

Ramadhan - Episode 3

.

“ Ma…”,

“ Sssssst, jangan ngomong….. “

Udin kecil terpaksa menggantung kalimatnya. Ibu mengisyaratkan agar ia terus mencabut rumput – rumput yang di depannya. Sementara sang mama masih dengan sekop kecil melindas beberapa liar rumput di sela – sela atang sebuah Taman Pemakaman Umum. Ia terus melakoni serabutannya……

............................

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).

Dari Abu Umamah radhiallahu `anhu, ia bercerita, "Aku pernah katakan, `Wahai Rasulullah, tunjukkan aku suatu amalan yang dengannya aku bisa masuk surga`. Maka beliau menjawab, `Hendaklah kamu berpuasa, tidak ada tandingan baginya`."( HR. an-Nasa`i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim, shahih.)

“ Pak…. “,

Tapi ucap Udin begitu pelan. Sang Guru terus membacakan hadist – hadist Rasulullah dari buku di tangannya. Udin dan anak – anak lain kembali diam dalam ketekunan simak akan ucap sang guru….

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda :" Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi." ( H.R.Muslim)

Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan". Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang yang puasa? ( untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara mereka sudah memasuki pintu itu maka ditutuplah pintu itu." ( HR. Bukhari Muslim ).

Rasulullah saw. bersabda : " Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang " ( HR.Bukhari Muslim ).

Ucap sang guru begitu membahana di ruang seantero kelas. Udin semakin diam dengan tanya dalam hati…..
’ Pak, Ramadhan itu apa ? ‘

.............

Udin terus mengikuti gerak ibunya. Sementara beberapa orang dalam satu keluarga ada menuju dekat padanya. Mereka bersama duduk hening di samping kubur, berdo’a. Udin bukannya tidak tahu yang harus di kerjakan, ia terus menggiatkan diri mencabut rumput dan membersihkan beberapa areal sekitar di mana keluarga tersebut bersama menghaturkan do’a. Karena dengan begini ia akan menarik perhatian. Seolah – olah ingin mengatakan, silahkan kalian berdo’a karena untuk pembersihan itu adalah bagian saya dan mama.

Dan Udin juga tahu persis bahwa sebentar lagi ia akan mendapatkan sedikit uang dari kedekatan dan kerajinannya. Ia tahu persis, karena saat inipun ia sudah menggenggam sedikit rejeki itu. Ada beberapa lembar ribuan yang tergenggam di kiri tangannya. Uang yang bercampur baur dengan kekotoran tanah dari akar rumput – rumput kecil yang dicabutnya.

Udin masih kecil, ia tak terlalu mengerti mengapa tanah Pemakaman tempat mamanya yang dipekerjakan dinas sosial sebagai tenaga perawatan begitu ramai beberapa hari terakhir. Ia tak benar – benar mengerti, banyak orang datang yang asing baginya, datang dengan keranjang bunga – bunga, pandan teriris dan daun kenanga. Sebuah keluarga. Usap nisan, dan Yasin yang lirih terucap di keheningan tempat ini.
Udin tak terlalu mengerti….
Karena yang ia tahu, besok ia berpuasa. Seperti yang diucapkan Sang Guru di sekolahnya tadi pagi : “ Besok InsyaAllah Ramadhan, Bapak ingin kalian bisa sekuatnya untuk puasa. Kalian mampu tho ? “
“ Ya Paaaaaaak “, ucap anak – anak menggema di kelas. Tapi Udin diam…..

Udin masih kecil.
Anak dari seorang perawat Taman Pemakaman Umum sebuah Kota. Setelah sebelumnya sempat menikmati masa kecilnya di jalan bersama sang mama yang pengemis. Hingga sekarang mereka melakoni hidup sebagai bagian dari sebuah tempat di mana orang yang telah meninggal dikuburkan.

Hm, ya. Udin memang masih kecil, tapi sore ini ia masih bisa menghadirkan sebuah tanya dipikirannya. Seperti tanyanya dalam hati tentang sebuah kata, Ramadhan.
“ Ma, kenapa jadi rame tempat ini Ma ? “

Sayang sang Mama lebih mempedulikan sebuah keluarga yang datang. Tanya Udin tak terjawab dalam keheningan …..

Ia terus memainkan jemarinya di rumput kecil Taman Pemakaman Umum sebuah kota.

............................

Taman Pemakaman Umum itu terlihat sibuk dengan banyak manusia. Lantas saya ingat seonggok tanah yang berdinding kotak kayu ulin di suatu daerah di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Tempat Alm.Abah disemayamkan…….
Saya rindu membersihkannya


Episode ketiga.
Catatan kecil yang saya perlu kasihkan, bahwa terkadang seorang anak kecil seperti Udin memerlukan jawab tentang pertanyaannya. Bahwa kita tentu tak bisa menghadirkan beberapa keutamaan bulan berkah seperti Ramadhan dan kewajiban – kewajiban di dalamnya tanpa menjelaskan padanya Ramadhan itu adalah apa ?
Dan kedua, kadang seorang Udinpun memerlukan jawab, mengapa keramaian ziarah justru terjadi di saat besok adalah hari – hari menjelang puasa ?

Anak kecil akan banyak mempertanyakan tentang apa yang tak dimengerti oleh mereka, karena masih belum bisa sendiri mencari tahu jawabnya…..catatan dari seorang Kakak untuk saya.


.

Agustus 09, 2010

Ramadhan - Episode 2

.



Sore ini ada sekitar sepuluh lembar pengajuan cuti dari beberapa karyawan yang terlihat oleh saya, hanya untuk Department di mana saya bekerja. Belum lagi Department yang lain. Sementara info dari rekan – rekan masih akan ada banyak pengajuan cuti lagi dari karyawan yang tak sempat mengajukan secara formal administrasi cutinya. Mungkin dalam rentang waktu minggu ini.



Pulang.
ke Kampung Halaman.

Adakah perjalanan yang lebih membahagiakan selain pulang – ke kampung halaman. Setelah sekian lama. Setelah banyak catatan rindu yang tercipta dalam perantauan. Saya sebenarnya ingin bertanya pada Mar ( sahabat saya ), tapi Mar sepertinya terlalu sibuk berbenah untuk kata pulang itu. Jadi pertanyaan saya gantungkan saja di sini. Di halaman ini. Silahkan kalian menjawabnya, apakah arti pulang itu….

Oh, ya. Saat ini saya mendengarkan alunan nada dari Ebiet G Ade. Sejuk untuk pikiran saya. Mulai dari Elegi Esok Pagi, Menjaring Matahari, dan sekarang adalah Nyanyian Rindu yang menemani saya. Benar nyanyian rindu….

Sementara beberapa rekan di luar sudah mulai ramai bercerita tentang rencana perjalanan. Ticket pesawat, hingga jalur terpendek yang bisa di tempuh. Yaps, sekali lagi untuk kata pulang itu…..

Hm, begitulah. Sore ini adalah keramaian untuk sesuatu yang bahagia. Menyambut ‘ kesempatan ’ pulang itu, bagi rekan – rekan kerja saya dan banyak karyawan di Tanah para pekerja ini.

Hingga saya berpikir, apakah akan terus seperti ini Ramadhan ?
Kau disambut penuh hangat, karena di harimu banyak orang akan menempuh perjalanan yang lama tidak mereka lakukan. Rentang waktu setahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan mungkin berpuluh tahun. Kau adalah waktu yang tepat untuk memaksa diri kembali ke suatu tempat darimana mereka pertama kali mengawali langkah.

Ahk, usang nian tulisan ini.
Karena seperti kaupun juga Ramadhan, maknamu kian usang.
Laiknya tas – tas besar berdebu yang kembali dibersihkan.
Maaf bila saya salah…..

Lagu Ebiet G Ade saat ini berada di track 4, Untuk Kita Renungkan…
“ Singkirkan debu yang masih melekat….. “, ucap itu membekas di hati kotor saya.

Ramadhan,
Semoga di harimu, debu itu bisa tersingkirkan. Mampu saya singkirkan…..

.

Agustus 06, 2010

Ramadhan - Episode 1

.



Apa yang tersisa di Ramadhanmu tahun lalu sahabat ?
Wajahmu tak jua teduh,
bahkan hingga kini…

Apa yang terjadi dengan Ramadhanmu tahun lalu Sahabat ?
Ucap maaf dalam ruang kemeriahan suasana ?
Pakaianmu baru ? Segala jasad diri yang tiba - tiba bermake up rupa…
Dan ruang pamer di hatimu terbuka lebar, menahbiskan kesombongan, kecongkakan ?

Ahk, kau tentu tak merasa….
Salam Tarawih adalah gema meriah di antara etalase toko – toko, Qur’an yang terbaca di seraknya TOA Musholla, sekadar lalu dalam lelah canda reuni dan belanja. Lantas kau tertidur meninggalkan harmoni Ramadhan itu, tanpa do’a…..

Ahk, kau tentu tak merasa. Ramadhan adalah kehidupan yang kau tunggu untuk sekadar bertemu mereka – mereka yang lama. Ramadhan adalah keniscayaan kata pulang untuk sebuah kampung halaman dan berbagi cerita dengan segenap rindu amplop berlabel tunjangan hari raya itu.

Ahk, kau tentu tidak mengakui. Rasamu menawarkan kata memaklumi sekian panjang hari, berjarak bulan untuk kau menikmati suasana. Suasana yang tak lagi sunyi, seperti suara sunyi lelapmu di perantauan. Sunyimu di negeri asing. Dan lebaran adalah hadiah dari Tuhan untuk kau kembali, kembali menikmati manusiamu, menikmati masa – masa kecil yang sempat menciptakan barisan celoteh rindu itu…….
ahk, apakah seperti itu nilai Ramadhanmu sahabat ?

Tak usahlah kau jawab, karena tanyaku telah kugantungkan di atas langit.
Langit yang sama kau lihat dengan langitku di hamparan kebun sawit ini…..

................


Episode Ramadhan pertama,
( menyambut Ramadhan )
Karena setelah ini mungkin akan saya tuliskan lagi tentang sesuatu yang tak jelas, sesuatu yang ( bisa jadi adalah ) sampah dari hati dan rasa saya di pintu dan memasuki Ramadhan kelak. InsyaAllah….

.

Ya Allah, Semoga bukan ( kemarahan ) saya yang membuat Pak Iswanto menangis……

.


Ya Allah,
Semoga bukan ( kemarahan ) saya yang membuat Pak Iswanto menangis……


Sebagai seorang yang bertanggung jawab administrasi dalam satu Department ( eh salah, dua Department sich tepatnya ), saya sangat dengan mudah menyalurkan emosi saya berupa kemarahan kepada beberapa orang yang berada di wilayah kerja saya. Meskipun indirect tidak berada dalam structure di bawah saya.

Pak Iswanto. Laki – laki tua yang pernah menjalani kerja lama dan pensiun di perusahaan ini, kemudian dengan beberapa alasan lantas dipekerjakan kembali oleh bagian operational sebagai tenaga kontrak di tim Proyek Sirtu - Road Maintenance Department telah merasakan itu.
Benar, saya marah pada beliau pagi ini. Saya benar – benar marah. Saya akui itu. Emosi saya tiba membuncah pada beliau. Bahkan saat upaya Pak Iswanto untuk sekadar memberikan bargaining dalam urusannya dengan saya. Tidak. Saya kira Pak Iswanto terlalu, sangat terlalu. Tidak tahu terima kasih. Tidak sadar diri akan beberapa kemudahan yang sudah diberikan oleh Department dalam beberapa kebijaksanaan yang operational dan administrasi sepakati.

Tapi apa akhirnya ? Pak Iswanto menangis di depan saya…..

Saya tertegun,
Oh, pentingkah saya mengikutkan pertimbangan bahwa Pak Iswanto saat ini benar – benar mengalami masalah rumah tangga yang pelik. Istri yang bangkrut usaha kantinnya hanya karena lokasi jualannya tidak lagi merupakan jalan utama lintasan transportasi pengiriman buah perusahaan ini. Anak – anak yang sudah besar dan pemalas, dan batas kerajinan mereka hanya sampai pada Buruh Harian Lepas perusahaan dan bisa sesuka hatinya mengambil upah atau tidak.

Pak Iswanto terbebani justru di masa pensiunnya, dan itu yang dulu sekiranya menjadi pertimbangan kami dalam rekrut orang seperti Pak Iswanto. Tapi nyatanya operational saat ini tertekan sekali oleh lambannya kinerja realisasi proyek yang sudah di sepakati di awal tahun sebagai bagian dari Budget perusahaan. Bahkan operational diminta terus bergerak dengan kondisi yang tak mungkin proyek dijalankan sekalipun. Hal yang melelahkan. Oleh karenanya pemutusan atau tidak dilanjutkannya kontrak karyawan yang dinilai tidak available dalam mensupport kerja proyek bagaimanapun menjadi salah satu solusi. Dan Pak Iswanto adalah bagian di dalamnya. Kami sudah sangat tertekan oleh comment dari berbagai pihak. Oleh Estate, Direksi bahkan langsung oleh Holding Company yang berbassis di London sana. Kinerja yang buruk dan cost operational tak berbanding dengan revenue proyek. Overhead….

Sudah cukup. Inilah pembelaan diri saya terhadap kemarahan saya pada Pak Iswanto. Department mengambil kebijaksanaan yang tidak lagi bisa mempertimbangkan rasa kemanusiaan hanya untuk seorang Pak Iswanto, tapi usaha bujuk rayu Pak Iswanto benar – benar membuat saya tak lagi bisa mengontrol diri. Meskipun di akhirnya saya sempat mengucapkan lirih pada beliau : “ Pak, tolong Bapak juga mengerti situasi saya dan Department yang hadapi di operational ini “

kalimat terakhir yang saya sematkan di langkah pergi laki – laki tua yang tadi menangis di depan saya……

Dan ( entah mengapa ) saya merasa perlu mengirimkan sms pada seseorang :
" Ma, ulun meolah salah lagi di gawian. Tolong do'a kan ulun ma lah....."

Seorang mama yang selalu mengerti tindakan saya,

.

Agustus 04, 2010

ini tentang cinta Dik, tentang kamp penuh rindu ini

.


Dan




seperti kata Ebiet G Ade : .......barangkali di tengah telaga masih tersisa butiran cinta.

Maka pagi ini saya telusuri telaga itu Dik…..
Dalam keheningan pagi dan embun basah kamp ini.



.