Powered By Blogger

April 06, 2011

( Arisan Kata 14 ) Ibu dan Adiknya

.


Sebuah puisi ia tulis ketika seorang perempuan menyapa padanya dan sebuah boneka kayu yang terdekap. Mengajaknya beranjak membuka pintu – pintu malam. Di etalase dan rumah – rumah yang tertutup rapat. Musim jatuh salju, dan mereka kedinginan. Di sudut kota mereka membeli api unggun dari para lelaki tua yang bersemedi mengajak api bercerita tentang panas, tentang hangat.

Senandung langkah kaki hewan penarik kereta seperti lirih desir angin yang menyapa beludru di mantel sisa – sisa masa lalu. Mereka terus beranjak susuri utara. Meninggalkan ringkihan kecil bernada sumbang dari derap makhluk berponi nan tua itu. Menarik tuannya.

Di sebuah monument sang perempuan tiba – tiba berhenti. Ia mendekat pada sebuah patung seorang anak kecil dan seorang perempuan tua yang mendekapnya. Di dalam sangkar, seperti sebuah pertahanan dari erosi jaman. Perempuan itu lalu mengulurkan tangan kecilnya, mencoba menerobos antara jeruji, sehingga terlihat pucat tangan terulurnya. Menyentuh, menelusuri relief dari jemari, dan perempuan itu menggenggamnya. Ia hanya takjub, menancapkan sebuah terka, perempuan itu berdiri menggenggam rindu.

Dan anak itu, perempuan itu menghadiahi senyum, karena sosok itu tidak seperti boneka kayu yang masih didekapnya, meskipun kaku. Lama perempuan itu mengabadikan beku, ketika tiba – tiba ia berpaling menatapnya. Sembari mengacungkan boneka kayu padanya……


Sebuah puisi ia tulis ketika seorang perempuan menyapa padanya. Mengajak menemui : Ibu dan adiknya…..

......................................

Mencoba mengikuti ( lagi ) arisan kata yang di adakan oleh rekan di sini.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar