Powered By Blogger

April 02, 2011

Saya menulis ini bukan karena saya mengeluh lho ya :D

.


Saya harus menulis apa ?

Bingung.

Satu hal yang lepas dari segala kemungkinan yang sempat saya prediksi setelah memutuskan berkeluarga adalah saya banyak hilang waktu - yang bahkan sedikit jeda untuk berhadapan dengan Microsoft word yang blank, mengetikkan segala sesuatu yang tiba – tiba terlintas dalam benak.

Saya bukan penulis dan dari awalpun saya tidak memposisikan diri sebagai manusia yang cakap bila berurusan dengan kata – kata. Tapi benar seperti yang beberapa rekan katakan, menulis bisa jadi adalah sebuah kebutuhan untuk mengalihkan dunia nyata ke dalam situasi yang agak lebih…..apa ya ? mungkin bisa dikatakan akan menjadi beda. Aneh memang, terlebih bila beban pekerjaan dirasa akan membuat konslet otak, maka pilihan untuk bermain – main di postingan temen ato di wall FB temen jadi hiburan tersendiri.

Hm, lagi mikir apa juga ini…..

Oh, saya tertarik dengan satu note kawan, dia bilang begini :
Suka gimanaaa gitu kalo liat temen yang suka ngeluh di fb. Sebel iya, kasian iya. Sepertinya, bebannya berat banget ---> "Ya Allah, kenapa ini.. Ya Allah, kenapa itu. Ya Allah, semoga di balik semua cobaan ini.. Ya Allah, aku ingin mengakhiri hidupku saja.." Dst.. Dan sehari bisa berkali2. Berpikiran positif, bersyukur, melihat ke bawah ke orang2 yang kehidupannya lebih susah, mungkin bisa jadi tips untuk mengurangi keluhan2 kita..

Terus direplynya saya juga nglihat kalimatnya :
Saya ga suka itu, karena hampir tiap statusnya berisi keluhan. Tidak ada semangat positif

Contohnya:
Ya Allah, kenapa aku gendut?
Ya Allah, betapa berat ujian yang kau berikan
Ya Allah, aku tidak sanggup lagi hidup
Ya Allah, tolong cabut saja nyawaku


Tiba – tiba jadi ingat sebuah kalimat dulu yang sempat membuat saya merah padam menahan marah : ' Maaf Pak, saya gak bisa melayani keluhan Bapak '
Ingin rasanya menghajarnya. Sosok tengil yang dengan soknya ucap kalimat macam itu. Tapi apa ? Saya tersudut ejek sendiri. Untung ini adalah pembicaraan empat mata di ruangan yang luas.

Serta merta saya memotong ucapan saya pada dia, ucap keluhan.
Kemudian saya berbalik kembali ke meja kerja saya.
Ia seorang karyawan seperti saya, seorang rekan, seorang sahabat, seorang yang meskipun berada di bawah structure tapi mempunyai ketegasan terhadap pasal 1.
“ Bapak bisa jadi atasan saya, tapi melayani keluhan bukan bagian pekerjaan saya “, mungkin seperti itu….

Ahk, keluhan ini ternyata membutuhkan pelayanan untuk di dengar, untuk diperhatikan ya.

Kemudian jadi merelate dengan konyolnya seorang kawan ; aku mengeluh, oleh karena itu aku ada….

Nah lho ?

Ada sebuah kalimat pendapat di masa kini : manusia memang memiliki kecenderungan untuk mengeluh….


Stop, tentu ini adalah sebuah kesimpulan yang tidak berdasar bukan ?
Saya lebih senang mengartikan adalah manusia akan terbentuk dari apa yang telah terlewati olehnya, yang diajarkan ataupun yang terajarkan, yang terekam ataupun yang memaksa untuk menjadi bagian dari kesadaran diri.

Dari sini saya akan bisa mengatakan, bila seorang yang suka mengeluh, - cenderung intense mengeluh, skeptic, apatis dan ke-negative-an dirinya, maka tentu boleh kita pelajari kenyataan seperti apa yang berada di masa lalunya.

Sebenarnya kesimpulan ini hanya bersifat external analysis, karena sebenarnya pun manusia memiliki sebuah kepribadian yang mampu membentuk kejiwaannya. Dan bila sudah begini, kemampuannya untuk mengolah factor eksternal justru akan menjadi dasar akan menjadi apa dirinya, boleh jadi ia memiliki 'imun' yang kuat sehingga kenyataan yang pahit sekalipun justru membuat ia menjadi pribadi yang tangguh di masa mendatang….

Seperti beberapa sahabat yang saya kenal dan beberapa kenyataan yang sayapun melihat mereka melewati semua itu.

Jadi, saya menulis ini bukan karena saya mengeluh lho ya, hanya ingin berbagi saja.

Salam dan terima kasih untuk Mba Andiah yang saya copy notenya

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar