Powered By Blogger

Februari 22, 2012

Elegi pagi...

.

Beri aku senyum itu,
dan jendela yang terbuka
biar ku iringi langkah para penenun pucuk teh,
biar ku candai para pengumpul bunga
biar ku sapa kabut sebelum matahari tiba
sebelum kau menutup jendela
sebelum kau redup mata
sebelum kau...

beri aku senyum itu
dan jendela yang terbuka

.

Februari 17, 2012

tentang Manager

.




Sebagai bentuk sebuah usaha mempertahankan diri terhadap ketidakmampuan ( baca : gagal ) menjalankan sebuah tugas salah satunya adalah dengan berusaha mengemukakan alasan dan penyalahan – penyalahan. Begitu mudah, karena segenap pekerja ( bawahan ) tentu memiliki prospek menjadi sesosok kambing hitam......yang potensial.
Para bawahan penurut, terlebih bila ia seorang pembangkang. Ketidaksinkronan dalam hal koordinasi karena beberapa personel yang tak berwawasan sama membuat perkara menjadi lebih sulit diselesaikan.

Saat pekerjaan gagal, saat pekerjaan hancur, saat pekerjaan expired jauh setelah masa deadline habis, yang ada adalah emosi untuk segera mencari siapa yang pantas untuk dikasih salah. Mudah untuk lari dan bersilat lidah.

Padahal, fungsi Manage tentu bukan sekadar memastikan hasil akhir, tapi juga mengawal proses, mampu menganalisa dan memutuskan dalam setiap perkembangan. Situasional Approach. Namun di sisi saya, Managerial juga adalah kemampuan manage pemikiran dan attitude manusia – manusia di lingkup networknya.

Makanya, kadang dalam penilaian atas kegagalan, phenomena seseorang yang bingung dan berusaha berkelit dengan menyalahkan orang – orang yang di bawahnya atau di sampingnya justru seperti orang yang berterus terang akan ketidakmampuannya sendiri.

Dan hal yang seperti ini saya akui akan menjadi momok bagi para karyawan yang berada di bawah structure. Semangat kerja akan tergerus oleh ketakutan menjadi korban, sehingga menciptakan tekanan kerja yang tidak seimbang buat diri. Sementara di sisi lain, respect para pekerja terhadap seorang yang berkapasitas sebagai pemegang fungsi Managerial menjadi minus. Bila sudah begini, seyakinnya saya...efektivitas dan hasil akan buruk.

Saya sangat menyayangkan sikap kekanakan yang dimiliki oleh beberapa orang yang memegang peranan Manager saat ia dengan mudahnya menunjukkan telunjuknya kepada segenap karyawan ketika sang Bos menyimpulkan sebuah kegagalan.

Melarikan diri.
sehingga untuk kembali membenahi pun terasa berat. Ada yang dikecewakan di sini. Satu, dua orang atau beberapa orang yang disalahkan akan membawa sebuah rasa apatis tinggi dalam proses pembenahan. Mungkin ekstrimnya adalah mengeluarkan mereka dalam proses itu. Tapi apakah keseimbangan kerja akan positif. Peran pengganti bisa jadi sebagai amunisi baru, namun apakah sinkron dengan amunisi yang telah ada ?

Pemimpin,
saya tidak hanya membicarakan tekhnis bagaimana sebuah pekerjaan, sebuah masalah dihadapi. Teoristik ilmu, aplikasi, buku panduan, SOP dan lain – lain. Tapi juga membicarakan sekumpulan manusia sebagai pelaksana....

jadi bagi teman – teman yang sudah memangku jabatan sebagai Manager, situasional approach yang dimiliki atau diambil berdasarkan literature teori dan pengalaman juga akan melibatkan berbagai macam otak lengkap dengan konsep pikir masing – masing dari beragam pekerja di bawahnya.
Setuju atau tidak, mereka ini bagian penting dalam kemampuan seseorang di sebuah perusahaan untuk disebut sebagai Manager.

Ini menurut saya sendiri saja lho ya

Note : gambar saya pinjam dari sini dan sana
.

Februari 13, 2012

Duka Raihan

.

Istri paman saya meninggal, dalam usia 35 tahun. Muda. Ibu dari seorang anak yang kini duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Raihan

Beliau sering sakit – sakitan memang, berawal dari kelahiran Raihan kecil, hingga ajal menjemput. Seringkali lumpuh, tak bisa menggerakkan tubuh. Sembuh lagi. Lemah tak berdaya, pulih kembali. Beberapa kali di rumah sakit, sering kali mengunjungi Puskesmas.

Raihan kecil sangat lekat dengan sang Ibunda. Hanya Acil Avi ( istri Paman saya ini ) yang mampu mengeloninya. Lemahnya ia masih mampu menghadirkan hangatnya pelukan ibu untuk anak. Raihan nakal, seringkali bermasalah dengan kawan – kawannya. Paman saya keras selalu membela, berbeda dengan Acil Avi yang kerap merendah diri dan selalu meminta maaf pada orang tua yang dinakalin oleh Raihan.

Ini adalah kabar dan cerita....
Acil Avi meninggal 3 hari yang lalu.
Di hadapannya; Paman saya, Ayah beliau ( Neneknya Raihan sudah meninggal lebih dulu ), dan saudaranya, perempuan seumuran saya, Uyi. Tentu saja Raihan….

Raihan menghadapi saat Ibunya meninggal, Raihan ada saat itu, ketika mereka semua di ruang sebuah rumah sakit membimbing Acil Avi mengucap La Ilaha Illallah dan lafadz syahadat….

Raihan melihat semua proses, ia terdiam saja. Entah pergumulan seperti apa yang di benaknya…..

Saya ikut berduka saat ini,
dan ( cerita ) tentang Raihan yang beberapa hari ini tak mau makan, diam melamun dan selalu tersadar dengan ucap lirih ` Mama `, menjadi sebuah cerita dengan intonasi berbeda dari mereka yang berkumpul di rumah keluarga besar di Banjarmasin sana.

Raihan kecil berduka, yang tentu tak bisa saya samakan dengan duka oleh seorang saya. Saya mengerti itu.....

.

Logika + Penjelasan

.


Seandainya disuruh memilih antara kehilangan kata – kata dan kehilangan logika, mungkin sebagian orang akan memilih untuk kehilangan kata – kata. Menjadi bisu, akan terasa lebih baik dibandingkan bila kita kehilangan nalar untuk bisa memberi analisa atas sesuatu perkara. Karena pikiran yang menciptakan logika dan berkoordinasi dengan nurani menciptakan sebuah penilaian benar dan salah.

Dalam situasi kerja,
bagi saya kehilangan logika jelas sebuah kemunduran. Bila saya pemilik modal, saya tentu akan mengesampingkan orang – orang macam ini untuk menjadi bagian recruitment. Namun, di sisi lain saya juga membayangkan bahwa setiap manusia yang memiliki logika serta pemikiran yang cerdas namun tak ekspresif dalam berkata – kata juga pilihan yang buruk.
Sebuah ide, dengan beribu data dan diagram akan terasa hampa untuk dilihat tanpa ada explanation. Sejauh yang saya ketahui dalam beberapa kali diikutkan dalam presentasi, seringkali para petinggi dari tingkatan direksi hingga pemilik modal lebih senang memperhatikan layar focus beserta orang di depannya daripada print out data – data yang dibagikan untuk ditelaah sembari mendengar penjelasan.

Dalam beberapa kejadian, saya sering dihubungi oleh beberapa Bos untuk sebuah penjelasan. Saat saya menawarkan mengirimkan worksheet untuk dilihat dan diambil kesimpulan sendiri, mereka tolak dengan beragam kalimat. Yang ada adalah saya harus menjawab, ya atau tidak, baik atau buruk, atau angka – angka akhir dalam statement report yang positif ato negatif.

Di sini, perananan kosakata tidak bisa dikesampingkan. Kemampuan menerangkan bisa jadi faktor berhasil tidaknya kita menghindari yang dalam bahasa saya adalah Bos sensi

Berbeda dengan rekan yang memiliki wilayah kerja masing – masing ya ?
Sehingga tulisan ini sendiri tidak dalam maksud generalisir atau kesimpulan untuk semua kondisi dan tempat kerja.

Saya hanya berbagi saja kok


Note : gambar saya pinjam dari
sini

.