Powered By Blogger

Mei 17, 2011

Ketika nenek bercerita.....

.




Dari cerita mama saya, bahwa nenek yang baru saja memiliki Hp menelepon beliau. Nenek minta dibelikan Hp sama salah seorang anaknya ( Paman saya, adik mama ) dan langsung minta diajarkan cara menggunakan gadget baru itu. Ramai nian mama bercerita sampai nenek dengan polosnya mengabarkan Hj. Bintang dan Hj. Ramlah sudah meninggal, hampir bersamaan di rumah sakit berbeda. Rekanan beliau dari masa tahun 50-an, masa kanak – kanak beliau hingga kini di usia renta. Nenek juga bilang beliau kini sendirian yang tua di kampung. Yang lain sudah pergi. Istilah pergi bagi nenek semacam isyarat bagi diri ya, mungkin....karena mama hampir menangis menceritakan ini sama saya.

Tapi bila mau berkata – kata tentang pergi pun saya juga ingin berbagi kisah seorang rekan yang mengingatkan saya tentang Bowo, pemuda desa yang dibanggakan kedua orang tuanya, karena bisa bersekolah di tempat yang favorit di kota kami.

Saat di sekolah, Bowo sudah terkenal akan kepolosannya, tapi memiliki normalitas di atas rata – rata. Maksud saya, dulu ia sempat kedapatan oleh beberapa teman sangat – sangat menyukai seorang teman perempuan, maka ia yang sangat polos atau sudah terbutakan oleh perasaan yang puber, dihasut untuk memberikan pernyataan cinta di depan khalayak ramai. Ia melakukannya, dengan bunga dan puisi. Sang perempuan lari, malu, tapi Bowo tidak, ia bangga.

Terus berlanjut, keluguannya dan kepolosannya dimanfaatkan oleh siswa - siswa yang menganggap ini lelucon garing masa itu, menurut saya.

Hingga di awal tahun 2007 ( kalau gak salah ) saya bertemu dengan seorang teman masa sekolah, kami berbagi kisah saat melewati waktu yang kami berseragam putih dan abu –abu itu. Hingga nama Bowo ada diceritanya. Bowo kembali ke kampung halamannya, tidak kuliah, meneruskan Bapaknya menjadi petani yang memiliki gudang beras dan mesin gilingan. Kadang – kadang di musim tunggu ia mengojek. Saya tersenyum, mungkin memang nasibnya untuk kembali ke desa. Tapi teman saya menutupnya dengan kalimat yang pergi : Bowo meninggal setahun yang lalu, karena sakit....

Tak terjelaskan sakit apa, dan juga tak menghayati lagi kata – kata teman saya, karena bayang – bayang seorang Bowo yang justru tersenyum saat diarak oleh teman ketika ia berhasil meyelesaikan adegan ’ katakan cinta‘ - nya kembali menghiasi ingat saya tentang sosoknya yang masa lalu.

Mungkin nenek pun begitu, hingga mama hampir berair mata. Nenek menceritakan teman - temannya yang sudah pergi, seperti kanak – kanak yang ramai hati bercerita.

Mungkin pula suatu saat nantipun saya juga akan bercerita seperti nenek, hanya saya belum bisa menerka kepada siapa saya berbagi tentang mereka karib yang lebih dulu pergi, lantas menutup cerita itu seperti nenek : Nda sorangan haja lagi...... ( Aku sendirian saja lagi ).


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar