Powered By Blogger

Maret 06, 2010

Aku pergi untuk kembali, menemui. Meskipun kita tak pernah mengatakan ucap tentang rindu itu.

Aku pergi untuk kembali, menemuimu
Dalam beberapa hal kadang ini menjadi umpat yang menyesakkan. Karena ketiadaan kata yang terbentuk pada gemetar bibir – bibir kita. Setiap kali
Aku diam, kau diam.
Binar – binar rasa rindu kita biarkan menjadi bunga tanpa kecupan. Merekah sendiri, dan menebar wangi.

Kabut, gerimis, sang surya, pelangi, awan berarak, senja
Siluet – siluet berganti waktu,
Menegur kesunyian tingkah yang kita lakoni masing – masing.
Sendiri, dan berjalan sepi

Tidakkah kita akan sama – sama lelah ( seperti ini ) ? Mengapa tak bisa kita bercanda ria seperti tiap kali surat – surat kita terbaca ?

Atau masih perlu waktu untuk menggenapkan selaksa rasa, untuk bisa kau berucap : selamat datang kekasih, atau apapun kalimatmu.

Dan aku yang juga masih terlalu buruk untuk merangkai kalimat : Aku kembali untukmu.

Tapi bukankah ini jadi sebuah ironi ?, karena seperti kataku : Aku pergi untuk kembali, menemui. Meskipun kita tak pernah mengatakan ucap tentang rindu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar