Powered By Blogger

November 29, 2009

kenangan - ........terlambat.........

Dari puing – puing hati yang berkerat ini Ayah,
Ku persembahkan sejenak duka Anaknda.
Pada pusaramu,
Yang masih basah

Diam. Hening, dan sendiri. Lakon hidup terselami di antara riak – riak nasib. Menggenapkan kata – kata do’a di penghujung senja.

Bunga ini masih beraroma wangi Ayah,
Bertebaran di atas tanah penutup jasadmu.

” Aku terlambat......”
Hi, Bukankah menyesal selalu berkawan dengan kata terlambat ?

Ia tersenyum sinis, ” Kau tau, laki – laki itu yang mengusirku, ia tidak mengakui aku sebagai anaknya, berkali – kali aku datang meminta maaf. Berkali – kali aku bersimpuh, tapi tidak. Ia tetap saja mengusirku, bahkan codet di muka ini.....”

Jiwa yang emosi telah bercerita. Sekedar membela diri untuk keterlambatan kembali. Ia menunjukkan muka yang bertanda. Irisan yang membelah di pipi kiri. Bekas goretan sebuah wasi yang membawa luka. Prahara di ujung tahun 2002. Seorang anak yang di usir oleh Ayahnya sendiri. Murka untuk sebuah malu atas nama keluarga.
” Kenapa ? ”
Ia hanya mampu menggeleng tertunduk, dan sekejap mendongak dengan mata yang sedikit basah. Ia pandang sekepulan asap rokoknya sendiri. Mengibaskannya. Menggeleng lagi.

....................sampai di sini, ia tak mampu lagi bercerita. Dan saya meninggalkannya untuk secangkir kopi dan sepuntung rokok sisa. Malam menghembuskan angin kegerahan, sebentar lagi hujan. Pusara itu akan terus basah. Dan besok kami akan kembali ke tempat kami, tanah para pekerja. Tempat kami berlari dari masa lalu kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar