Powered By Blogger

September 15, 2010

( Cerita ) Nto, bagaimana.... Berhasilkah ?

.


Penantian rembang petang mengawali senja untuk akhir sebuah hari. Langkah semakin bingung. Gontai diri mengayuh lambat. Gedung berdinding kaca, reklame, bilboard, dan lampu lalu lintas yang angkuh.

Ia berdiri di kepayahan. Kota menggambarkan medan perang. Semua saling menyerang, saling sikut, saling menghantam. Meminggirkannya di kesendirian dalam hamparan ramai

Di kepenatan jiwa yang lelah ia bersenandung kecil, tentang harap pada kota, pada deru yang ingin ia maki - terlalu congkak mereka, terlalu sombong mereka, dan dirinya yang merasa terapkir di dunia asing.
Menyudut, sisi halte yang kusam. Siang berarti debu yang menempel pada wajah dan terik memanggang.

Isyarat sebuah senja hanya membatas kecapaian yang mengena. Ini adalah lakon yang berpuluh kali, ritme hidup yang berlari membuatnya terengah – engah pada kenyataan.

Seiring langkah yang sejenak menghampiri taman kecil, sedikit renung untuk diri yang tak lagi berhasil. Ada sebuah gengaman yang tak pernah lepas. Kusam kumpulan kertas – kertas baru terlegalisir memandangi pada penuh haru. Di sini bukan tempat yang baik bersedih. Tapi bukan pula saatnya untuk berbahagia. Capaian belum teraih, bahkan untuk sekedar panggilan seleksi.

Ingat Emak dan Pusara Bapak. Serta adik – adik. Harapan memanggul rapat di onak pikiran. Mengeliyat seiring keresahan....

” Nto, bagaimana. Berhasilkah ? ”


Seraknya suara itu menjelma seperti peringatan tentang sebuah rumah yang ingin asap dapurnya mengepul, tentang harapan si kecil Iwan tentang seragam barunya, dan ia berjanji untuk kesemua itu. Restu dan separuh tanah pekarangan yang tergadai ia ajak pada langkah perjuangan. Dan ia tidak sama sekali menyentuh sebuah kemenangan hingga saat ini. Kemenangan untuk ia mampu mengirimkan kabar : ” Anto sudah kerja Ma ”



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar