Powered By Blogger

Februari 07, 2011

Dijodohkan ?

.




Pada malam yang lalu….
Seorang teman lama tiba – tiba memulai sapaan chattnya pada saya. Agak sedikit larut dan sesuatu yang tak biasa. Kami sudah connect lama di YM, tapi sangat jarang bahkan boleh dikatakan hampir tidak pernah berkomunikasi via fitur ini. Hanya sekadar lalu menempelkan ID masing – masing di contact messenger list.

Awalnya adalah kabar, selanjutnya pertanyaan – pertanyaan, saling berbagi situasi dan kondisi. Secara umum adalah sama. Saya bekerja di swasta, dan sengaja pula saya beri identitas lengkap swasta kapitalis, agar lebih bisa ia memahami betapa saya seringkali menghadapi pasang surut hati saya sendiri dalam mencintai pekerjaan, sementara ia adalah Pegawai Negeri Sipil di PEMDA sebuah kabupaten negeri ini.

Yang berbeda mungkin adalah titik capaian penyempurnaan separuh dien ini. Saya sudah lebih dulu - Alhamdulillah, sementara ia sendiri masih belum. Saya sedikit bercanda saat mengatakan kalau ia bertolak ukur seorang artis dan langsung terblock oleh kalimat : ' gak juga begitu….'

Selanjutnya ia juga membuat saya bercerita tentang bagaimana proses saya bertemu istri dan menikah. Yaps, berceritalah saya….

Ia kaget, "....kok bisa ?. Kau sendiri yang ingin ato apa ? "
Pertanyaannya adalah tentang pilihan, bahwa kenyataan saya minta dicarikan jodoh oleh keluarga saya sendiri sempat membuat ia menampilkan kata, '" pasrah banget kau " '

Saya tertawa
Berkali – kali.
Dan sempat mengatakan adalah sesuatu yang berbeda bila ia masih menganggap hal ini sebuah kebiasaan kolot, terlebih dari kasus pribadi yang adalah murni keinginan saya sendiri. Saya membahasakan sebuah option ikhtiar, sementara ia justru menampilkan kalimat '...pasrah banget ',
( saya sungguh jadi teringat oleh seorang rekan sekaligus sahabat di kantor yang mengatakan saya seorang yang mati rasa, dan saya heran tiba – tiba…apa iya saya mati rasa ? hedeh )

Jadi bila sudut pandang ini tak berada dalam satu sisi yang sama, tentu saja berbeda. Saya menganggap biasa sementara ia menilai sesuatu yang luar biasa.

Yang paling mengagumkan adalah apa yang saya dengar dari cerita istri, bahwa di Desa tempat tinggalnya perkara dijodohkan adalah sesuatu yang lumrah.
Dijodohkan ? Akh, maksud saya semacam ada kebiasaan dari orang tua di desa sana yang setelah melihat seorang anak gadis dan mereka mempunyai anak laki – laki yang dewasa langsung melakukan kunjungan ke rumah orang tua sang gadis. Silaturrahmi, selalu begitu, pembicaraan akrab, daMelamar dan biasanya selalu ada penerimaan. Penerimaan tanpa ada proses saling kenal – mengenal di antara anak mereka.

Hal yang sangat lumrah, jadi tak mengherankan dalam satu Desa itu selalu ada saja ikatan kekeluargaan. Kekeluargaan yang rumit, serumit istri saya menjelaskan sambil membolak – balik album photo hanya untuk menunjukkan ini ada hubungan keluarga sama ini, ini adalah istrinya fulan, dan fulan ini adalah sepupunya si anu, sementara si anu ini …blablablablabla. Terbukti, saat dulu proses sungkeman dan kunjungan pasca resepsi, saya mendapati hampir seluruh rumah dalam satu jalur Desa yang harus saya dan istri naikin buat bertamu…..
Dan semua silsilah keluarga berujung pada kenyataan bahwa mereka memang keluarga istri saya.

Nah, ketika salah satu teman saya yang lain tertawa sambil mengirim chatt : " Wah, keren juga ya cerita loe…."

Saya juga tertawa. Keren nopo tho ? Lha yang namanya ikhtiar, ya mesti diusahain….

Namun, tentu ada saja cerita menggelikan, mencengangkan dari setiap hal ya. Contohnya adalah saat istri menceritakan seorang teman gadisnya, lulusan aliyah dan dilamar seorang pemuda. Istri memberi gambaran sosok laki – laki yang senang bekerja lengkap dengan gambaran secara fisik yang mendukung, kulit hitam terbakar matahari, wajah yang tak mulus bahkan menggambarkan penuh dengan lubang – lubang menghitam karena bekas luka atopun jerawat.

Menghebohkan saat resepsi, penganten perempuan terlihat tak bahagia, memalingkan muka, tanpa ekspresi.
Dan tahukah kalian ending dari cerita ini ?, perempuan tersebut akhirnya bahagia dengan seorang anak puteri dan penerimaannya terhadap suami, ' lha bagaimana kau bisa mengambilkan kesimpulan itu dik ? '

Dan tertawalah istri saya, penuh arti, “ benarlah Bang, dia sadar sudah….si fulan itu baik sekali jadi suami, bertanggung jawab…. “

Ehm, jadi bikin kalimat : “ Bila aku tak bisa hadir dengan wajah dan penampilan fisik yang bisa membuatmu terpesona, maka InsyaAllah - ijinkanlah aku hadir dengan Iman dan Taqwanya seorang laki – laki yang kau harapkan, semoga kau dapat mencintaiku karena Allah SWT, karena akupun memahatnya begitu di hati ini wahai calon permaisuriku…. “

*hehehehehe…..kalimatnya ngarang banget

Jadi,
yaaaaaaa begitu dech….. ( sok lugu banget saya )
Waduh, susah juga mo nulis ending yang baik ya

Ayuks,
Silahkan diambil ibroh-lah kalau memang ada, atau inspirasi ? kalo juga nglihat ada yang bisa dimaknain. Saya cuman bercerita saja kok….




the end


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar