Powered By Blogger

Februari 21, 2011

Situasi tanah rantau

.

Lama tak menulis. Eh, maksud saya menulis yang agak seriusan dikit. Soalnya kemaren agak nglebay banget dach maen sajak – sajak or puisi

Baiklah, themanya adalah karyawan. Ya karyawan macam saya ini, and seperti beribu orang yang menancapkan ikhtiar mencari rejekinya di perusahaan perkebunan yang konon dimodalin orang London sana. Sayang saya gak bisa ngasih nama perusahaan tempat saya kerja, agak sensitive sih….hehehehe.

Konon ?
Iya, konon. Soalnya saya gak menyentuh sampe data pasti tentang flow capital perusahaan ini, joint-venture kah, pure PMA kah, ato yang lain mah…meneketehe.

Update beritanya sih agak memprihatinkan. Saya kira, perusahaan ini agak sedikit mengalami masalah. Paling gak setelah melihat banyaknya karyawan yang mengundurkan diri. Dulu, di medio akhir 2008 hingga awal 2009 berpuluh – puluh assistant lapangan resign, pergi bertualang ke negeri tetangga. Eh, maksud saya company yang beraliran sama : Agronomi. Sinar Mas, Astra, Minamas, Triputera, Rajawali, Djarum, banyaklah.

Perusahaan terhenyak, sehingga kalo gak salah di awal tahun 2009 perusahaan memutuskan kebijakan yang revolusioner berkaitan dengan salary tingkat staff perusahaan. Lumayan mendapat apresiasi dari para assistant lapangan, Mill, Bulking Installation and tenaga ahli di Central Office.

Sekarang, seperti thema di atas : karyawan. Karyawan biasa saja memang. Yang levelnya gak setinggi staff tapi mempunyai ilmu or skills yang boleh jadi menjadi bagian dari penentu kelangsungan system yang udah terbentuk. Mereka banyak mengundurkan diri. Mulai dari Afif ( Purchasing sebuah Estate ) pergi dan bertualang di perusahaan agronomi yang lumayan punya nama. Ana, Jr. Accounting Mill, diterima di perusahaan tambang di kampung halamannya sendiri, Berau. Niken – Sr. Clerk Mill yang kembali pula ke tanah jawa, konon menjadi PNS. Prioko, staff ( OA ) Estate yang merasa tak connect dengan Managernya, pergi ke tanah Grogot. Saya mencurigai Astra yang menyambutnya. Mba Santi, Jr. Clerk di Central Office mengikuti suaminya, Prioko mencari harapan baru. Satu – satunya kenyataan yang sangat terlihat bahwa mereka mendapat pekerjaan di negeri tetangga ( lagi ) yang membutuhkan tenaga mereka, dengan position dan fasilitas yang tentu lebih baik. Bisa saya katakan mereka berkesempatan meng-upgrade segala sesuatu yang sudah mereka dapatkan di sini, perusahaan ini. Bargaining and terciptanya new agreement pasti ada.

Lantas apa yang salah ?
Hm, gak ada. Apalagi bila melihat kondisional umum bahwa persentase pengangguran di Indonesia ato Kalimantan khususnya masih ada. Masih banyak, dari tenaga terdidik, tenaga terampil, sampe yang gak terdidik – gak terampil tapi punya kemauan keras buat kerja.
Yang bisa dikatakan ‘ salah ‘ adalah bahwa akan semakin diperlukannya lagi waktu untuk mengkondisikan sumber – sumber daya baru pengganti nantinya dalam situasional perkebunan. System administrasi, situasional birokrasi, sampe hal – hal yang agak ngpolitik di wilayah Managerial. Pokoknya mengkondisikan seseorang tersebut dalam tekanan. Dan bagi beberapa atasan yang kehilangan bawahan jelas ini menjadi semacam tantangan baru untuk men-settle kembali ruang pekerjaannya.

Saya pribadi jelas mendukung keputusan rekan – rekan tersebut. Bila ada kesempatan mendapatkan income atau fasilitas ataupun situasional kerja yang dirasa baik, kenapa gak ?

Dan sejujurnya, situasi di kamp inipun agak kompleks. Berhadapan dengan beribu manusia yang beragam budaya, watak dan temperamental sering membuat beberapa sumber daya manusia dari kota menjadi ciut nyali dan tak mengembang. Tanah pedalaman yang keras, sisa – sisa dari sosialitas kejayaan masa kayu.

Tapi lepas dari apa yang terjadi di perusahaan ini, saya nyatanya adalah bagian darinya, paling tidak hampir 6 tahun terakhir perkembangannya. Saat pertanyaan hadir soal ‘ usaha ‘ untuk mencari ‘ agreement ‘ baru hanya terjawab sekenanya saja. Belum terpikirkan dan belum ditawarin

Itu saja sih, bahwa ada beberapa rekan sejawat dari Divisi or Department lain pergi meninggalkan kebersamaan dalam beberapa koordinasi kerja cukup mengganggu kinerja di ruangan saya. Kembali membuka komunikasi baru dengan orang yang baru pula.
Jadi ya begitulah, ditinggalkan itu benar – benar gak enak

..................

kadang saya berpikir apa tulisan ini saling nyambung ya ?,
hehehehe, peace dach. Cuman mau ngbagi situasi saja kok



dan mohon maaf kalo kami agak sedikit narsis


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar