Powered By Blogger

Januari 11, 2012

( Arisan kata 16 ) Aku Radheya, putera Radha

.



“ Mongkok hati ini wahai ibu, bukan karena kau mengatakan siapa aku, tapi kini ada seorang Ibu yang benar – benar datang dan mengakui. …. “

Ia masih bergetar menahan rasa, sementara di hadapannya seorang Kunthi terisak memintal air mata.

“ ....tidakkah ibu tahu, cencawan ini kuat berdiri di sini karena penghormatan Duryodhana. Bahkan untuk kini di hadapanmu…. “

“Anaknda tetap akan pergi Ibu, …. “
Ia mengambil nafas dalam....“ perang ini, pilihan ini adalah jalan hidup anaknda….walau mungkin tanpa do’a atau restu darimu.... “
Ia berlalu

Perempuan itu tak bisa berkata apa – apa dengan keluwung yang pasrah di matanya…..

.........................

Aku hanya anak dari seorang kusir dan ibu yang ketika malamnya terus mengeloni aku dalam cerita para ksatria negeri Kuru. Berbuai jiwa pada kehangatan mereka….

Mereka yang mengenalkan ku pada surya,
Juga pada kaldron yang penuh dengan api puja pada pura para dewa.

Aku
Aku adalah Radheya, putera Radha….

Mereka orang tuaku, bukan Kunthi.....

Ia terus bergumam,
bagaimanapun Atiratha dan Radha telah mempersembahkan segala hidup mereka pada dirinya. Segala sikap didaktis yang mengasahnya menjadi dewasa dan campin.

.........................

Saat itu hari ke 17 Kurusethra,
Dalam hangat sinar pagi
Ia menyadari waktunya tiba, setelah apa yang terlewati dalam peperangan ini. Kematian Drona, terkaparnya Bhisma…
Semua telah menemukan masing – masing giliran untuk mempersembahkan bhakti pada pertiwi, tanpa kebenaran.
Karena ia tahu, para dewa di sisi Pandawa


Ia menatap surya
“ Apa yang akan kau sesalkan nanti wahai surya. Semua kuberi atas nama takdir yang sebenarnya telah ku duga. Aku sudah mengetahui rahasia sinarmu pada dada ini, juga perempuan yang kau anugerahi sebuah jiwa baru anak pertama. Semua…kutukan Bhargawa, Brahmana, permintaan Batara Indra, Bujukan Khrisna….

Sekarang bagiku, kematian atau apapun yang akan terjadi hari ini…kau akan mendapati diriku yang tak ingkar akan janji “ ia pun melangkah dalam barisan....


Perang berkecamuk, tubuh – tubuh yang memuntahkan darah, kematian...
Ia tahu akan terkalahkan, visiun ksatria yang mengerti sekali takdir siapa dirinya sendiri. Arjuna jauh di depannya, mengangkat busur pada diri yang tak berdaya. Roda kereta tak bisa lagi lari, mantra sakti telah terlupa dan ia sendiri.....

Dramatis

Sekelumit bayang ia teringat pada kunthi,
“ Aku adalah Radheya, putera Radha. Aku bangga pada nama ini. Aku bangga pada Ibu yang membagi air susu dan selimutnya padaku…. “

Saat itu ia hanya mencoba menghaturkan rasa, tanpa bermaksud durhaka pada sosok perempuan yang melahirkan….

“ Aku berjanji, pada perang ini...kau akan tetap memiliki lima putera “

Arjuna melepaskan pasupati. Melesat cepat menghantam Karna.

Ia tewas
Pada rengkuh surya, di mata kunthi dan saudaranya sendiri…..

<<<<>>>>

Mengabsen arisan kata 16 di sini

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar