Powered By Blogger

Oktober 05, 2009

Kaca – kaca yang membuat saya tersenyum

Apakah saya pernah bercerita tentang seorang anak kecil yang menangis, berlari ke pangkuan orang tuanya ? dan lantas ia menunjuk kepada saya, seolah ia ingin berkata bahwa sayalah yang membuatnya menangis. Tapi karena saat itu saya masih di hadapannya, ia hanya menangis, tanpa berani mengatakan sayalah yang membuatnya ketakutan dan berair mata akhirnya.

Ahk, sepertinya tidak.
Mimik jenaka saya berhasil membuat anak itu berlari.

Seperti ada kebahagiaan bila melihat anak itu menangis. Melihat ia tersedu – sedu di pundak sang Bunda sembari melirik kepada saya. Seakan – akan mata itu mengatakan :

” Kamu jahat, kamu jahat..... ”

Atau

” Akan aku adukan kamu pada Bapak saya. Bapak saya jagoan hebat. Dia akan mengalahkan dirimu....”

Ha..ha...ha.....

Sang Bunda tersenyum pada saya, dan si kecil dia sayang dengan penuh rupa di gendongannya. Lantas membawanya menjauh. Badan sang Bunda berbalik, si kecil terlihat mengintip saya di balik bahu ibunya.
Di matanya yang bening, ada kaca – kaca yang menggenapkan sebuah rindu pada diri saya. Dan kaca – kaca itu membuat saya tersenyum. Tersenyum pada diri yang sepi. Pada diri yang lelah.
Sayang, sekarang anak kecil itu sudah tidak bisa saya temui, karena Sang Ayah yang seorang rekan kerja telah berpindah posisi dan tempat tinggal. Saya merindukan anak kecil itu dan pada bening kaca – kaca di matanya.

Kaca – kaca yang membuat saya tersenyum.

Ahk, saya lupa pernah mempunyai cerita ini. Dan saya hanya ( kembali ) merangkainya dalam kata – kata. Saya mengingat anak kecil itu, dan binar bening matanya yang berkaca – kaca.

Saya rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar