Powered By Blogger

Oktober 11, 2010

Jati diri dan Bahasa Citra - Ploceus Manyar

.




Semoga kita belajar menghayati dimensi kualitas. Sebab Bapak Prof Latumahina, segala innerlichkeit, jati diri kita, sebenarnya mendambakan arti, makna, mengapa dan demi apa kita saling bergandengan, namun juga berkreasi aktif dalam sendratari agung yang disebut kehidupan. Semoga dialog kita membahasakan diri, tidak hanya dalam niat mau pun itikad belaka yang terkurung, melainkan berekspresi dalam suatu tingkat kebudayaan yang tahu, ke mana Sang Pelita menuntun. Hadirin-hadirat yang saya muliakan, jika judul yang saya pilih untuk disertasi ini memanfaatkan kata-kata jati diri dan bahasa citra, maka memang itulah sebenarnya seluruh arti ungkapan kita, dari bermain kelereng yang kita pertaruhkan atau layang-layang yang kita gelorakan atau main boneka semasa kita kanak-kanak, sampai pada saat senja membelai dan menidurkan cucu yang mengantuk. Dari gerak badan sport sampai pementasan musi, dari dambaan dua kekasih yang saling mencari sampai rasa bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semogalah antara jati diri di dalam maupun bahasa citra ke luar selalu tekat kita menari dalam gerak harmoni. Dan jika toh ada sesuatu luka-luka dalam batin kita, entah karena kesalahan diri kita sendiri mau pun kesalahan keadaan di luar kita, semoga kita juga mampu memahami bahasa citranya….

Misal saja citra wanita. Organ vital wanita dalam bentuk citra namun sekaligus pengejewantahan jati diri kita manusia. Dan jika itu disebut kemaluan, hal itu karena kita tidak mengenal wanita. Bukan kemaluan, melainkan kemuliaan suci wanita dan pria sekaligus. Dalam situasi kejati dirian yang benar berarti, wanita tidak pernah malu, tetapi bangga dan bahagia mendialogkan organ kewanitaannya dengan tawaran partner hidupnya. Namun itu hanya dapat terlaksana dalam kebenaran jati diri, dalam kebenaran citra bahasa yang jujur. Luka - luka dan bunga.

Maka, jika kita pernah mengalami kegagalan, semogalah mahluk-mahluk burung mungil yang bernama Ploceus manyar yang sekarang, sayang, namun juga untung bagi pak tani,sudah semakin hilang dari persada bumi Nusantara kita, semogalah burung-burung nakal namun pewarta hikmah yang indah itu, memberi kekuatan jiwa.
Sebab memanglah kita dapat sedih dan marah membongkar segala yang kita anggap gagal, namun semogalah kita memiliki keberanian juga untuk memulai lagi penuh harapan.
Terima Kasih

( petikan dari jawaban Atik saat mempertahankan tesisnya ' Jati diri dan bahasa citra dalam struktur komunikasi varietas burung Ploceus Manyar ', di dalam novel Burung - Burung Manyar - Mangunwijaya )


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar