Powered By Blogger

Oktober 28, 2010

Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk bangsa ini

.


Status di facebook itu pagi ini terbaca :

Kejadian apel pagi ini
1. para petugas bendera telat keluar, mereka masi dandan, padahal dah mau pengibaran.
2. pelaku baju adat lengkap, kecuali adat xxxxxxx, apel mau abis baru datang, dasar orang xxxxxxx...

OH PARA PEMUDA, SEMANGATMU SEMANGATMUU

Ironi, pengejawantahan yang actual dari kondisi kepemudaan saat ini ?

Saya tak mengetahui, apakah seorang Wahidin Sudirohusodo pendiri Budi Oetomo, K.H Samanhadi – Sarekat Islam Indonesia, hingga Tiga Serangkai dalam perjuangan INDISCHE PARTIJ-nya yang sebagai organisasi politik pertama berwawasan sebuah bangsa pernah berpikir bahwa Negara ini akan berhasil mengayomi beratus – ratus ribu perbedaan dalam nasionalismenya, padahal mereka – mereka jelas bukan seorang Gajah Mada yang hidup di Sumpah Palapanya, hingga Nusantara saat itu berada dalam kekuasaan Majapahit.
Tapi tentu saja tidak ada yang memungkiri bahwa mereka – mereka itu berhasil membuat alur historical kesejarahan negeri ini berada dalam sudut pandang yang hampir serupa; merdeka dari kolonialisme dan persatuan.

Dan siapa mengira seorang M. Yamin, seorang pemuda kelahiran Tanah Minang berhasil menghimpun kesatuan pemuda dalam Kongres Pemuda I dan II. Moment yang menghadirkan rumusan Ikrar Pemuda dalam kongres tersebut, lantas dirubah menjadi Sumpah Pemuda.
“ Yaminlah yang mengubah kata Ikrar menjadi Sumpah ", kata sejarawan Anhar Gonggong. – Tempo Online ‘ Secarik Kertas Untuk ndonesia ‘.

Mereka para pemuda yang ada di jaman di mana Belanda masih berkuasa sepenuhnya atas negeri mereka….
Sebuah letusan sejarah bagi seorang Hatta

Hingga terproklamirkannya kata merdeka dan pergolakan yang mempertahankan ikrar itu.
Siapa yang mengibarkan bendera merah putih pertama kali di Pegangsaan Timur No. 56 puluhan tahun lalu…..
Siapa yang membusung dada memegang bambu dan menyongsong ratusan bayonet dan moncong senapan di Surabaya 10 November puluhan tahun lalu, ratusan bahkan ribuan mereka terkapar berdarah.
Mereka adalah pemuda……

Begitu hebatnya pengaruh kepemudaan pada jaman pergerakan di jaman kolonialisme dan kemerdekaan, hingga seorang Presiden pertama negeri ini berstatement :
" Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
: Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams

Bisa jadi Presiden Soekarno saat itu mempresentasikan dirinya sendiri yang berhasil mengarahkan perubahan dalam perjuangan rakyat Indonesia, hingga jiwa persatuan dan kesatuan yang dicetuskan oleh para rekan beliau di tahun 1928 berhasil teraplikasikan dalam cara yang tertatan laiknya suatu bangsa. Sebuah Negara di proklamirkan, membawahi puluhan ribu pulau, menaungi ratusan suku bangsa, beribu dialek dan bahasa.

Lalu bagaimana dengan kaum muda Indonesia sekarang ?
Sumpah Pemuda ( lambat laun ) hanya sebuah hari di bulan Oktober, tanpa peringatan, tanpa jiwa, tanpa penyambutan.
Arti kebangkitan terasa kuno, sekuno sejarah yang mencatatnya dalam hiruk – pikuk keramaian dunia yang glamour sekarang ini.

Namun, dengan melihat sejarah tentulah kita bisa memahami jati diri bangsa ini. Bagaimana terbentuknya, bagaimana dalam rentang waktu perjalanan bangsa ini dari waktu ke waktu. Sebagai bahan perbandingan dengan apa yang kita capai. Tentu saja berada dalam tolak ukur relative bila kita melihat sudut pandang yang menciptakan berbagai versi di sejarah itu sendiri.

" Benih yang tidak sempurna akan punah sebelum berbuah “. (Mama, 79)
: Anak semua bangsa – Pramoedya Ananta Noer

Seorang Pramoedya berkata demikian, lantas bila melihat ( menganalogikan ) bagaimana benih bangsa kita sekarang ini, maka kiranya saya berharap kita sebagai sebuah bangsa dalam national Indonesia ‘ tidak akan punah ‘.

Ironi, optimisme yang skeptical. Atau kalimat seorang Ibu tua lebih bagus untuk saya dengar :
“ Orang muda sekarang ini opo mesti di sumpahin terus ya biar gak ngeyel “

Hm, Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk bangsa ini

Haitami

Note : Photo saya pinjam dari sini dan sono


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar