Powered By Blogger

Oktober 27, 2010

Berita kepada kawan.......

.


Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering berbatuan

Tubuh ku terguncang di hempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya "Mengapa?"
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut ku khabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

*Berita Kepada Kawan : Ebiet G Ade


Ada kalanya dulu lagu Berita Kepada Kawan dari Ebiet G Ade adalah kesyahduan pengantar tidur bagi saya, tapi sekarang lagu itu berubah menjadi nada yang mengejek.
Benar – benar ejekan….

Ini bencana :
Ada duka di Mentawai,
Ada Kekalutan Merapi,
Ada genangan di Jakarta,
  • Oh, tentu saya tidak berani mengatakan itu Banjir, lha wong pemerintah daerahnya sendiri mengatakan itu cuman genangan kok….
Mungkin alam mulai enggan untuk berkabar pada kita, lantas berhari – hari kita masuk dalam situasi prediksi, hingga tsunami Mentawai menyapu puluhan rumah dan ratusan orang yang tak terperingatkan, hingga gunung Merapi itu meletus, hingga apa yang dikatakan seorang Gubernur DKI Jakarta – Mr. Fauzi Bowo bahwa cuaca ekstremlah yang menyebabkan jajarannya dalam ketidakberdayaan untuk penanggulangan tergenangnya ‘ sebagian ‘ ruas jalan Jakarta beberapa hari ini.

Tergenang, benar – benar tergenang hingga seorang teman berani mengambil kesimpulan Banjarmasin tempat tinggalnya bukan lagi kota berjuluk seribu sungai, tapi dengan tergenangnya digantikan oleh Kota Besar Jakarta ?
Jakarta cukup tergenang untuk teman tersebut mengabadikannya menjadi kota seribu sungai.

Hari – hari tanpa prediksi untuk sebuah bencana, semacam sebuah kepastian, kepastian tak mampu memprediksi.
“ Prediksi hanya ada di meja judi dan pasar uang “, selain itu prediksi hanya kata kecil untuk bisa berharap mengetahui lebih baik dengan kemungkinan yang tak terkalkulasikan.

Barangkali di sana ada jawabnya

Entah apakah di sana itu adalah sebuah tempat yang Kang Ebiet bayangkan ia bisa bertemu pada rahimnya bencana negeri ini. Sehingga beliau sadar betapa Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita para manusia yang selalu salah dan bangga pada dosa – dosa….

Entah apakah di sana itu justru sebuah tempat yang justru kita tidak mengenal bencana, hingga kita bisa belajar bagaimana bencana itu tidak bertinggal di sana ?

Ah, sepertinya saya tertarik untuk menyetujui statement kedua. Terlalu jauh rasanya saya saat ini mendekat pada-Nya agar bisa memaknai ini adalah peringatan dari-Nya, terlalu jauh rasanya pula saya mampu berkesimpulan ini adalah takdir-Nya, terlalu jauh juga rasanya saya bisa mengambil ibroh dari bencana – bencana ini.

Karena ?
Karena saya makhluk bodoh, bebal, - masih mengharapkan para pemimpin dan wakil saya di negeri ini berhasil pulang dengan banyak kata dari kunjungan – kunjungan mereka ke negeri yang entah, mungkin kata di sana itu adalah salah satu tempat yang mereka kunjungi.

Mungkin saja, karena seperti kata Kang Ebiet pula bahwa ia sudah banyak menanyakan khabar, hingga rumput bergoyang menjadi kata yang indah ia tempatkan dalam bait renungan lagu itu.
Semoga ada yang mengatakan pada mereka ( pemimpin dan wakil rakyat ) itu jawabannya, karena kalau tidak, rumput bergoyang menjadi pilihan akhir untuk bertanya. Seonggok rumput yang bergoyang, tempat bertanya orang – orang pandai dan tentu jauh lebih alim itu…. ?

Ah, saya masih berharap….

Seperti Mbah Maridjan yang ( konon ) di guguran Wedhus Gembel masih bertahan pada rosa ( kuat )- nya…..
Hingga beliau diketemukan bersujud, dan meninggal

Atau seperti seorang Mba Sri yang masih ragu kita bisa menikmati dunia yang sedang kehabisan energy sekarang ini, karena beliau lantas berstatement dengan tulusnya : Itu juga kalo bencana di negeri ini masih menyisakan nyawa kita semua tetap ada….

Hiks,
*Lagu Ebiet G Ade benar – benar mengejek jiwa saya hari ini. Berita kepada kawan…..

haitami


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar