Powered By Blogger

Desember 01, 2010

Catatan Ara - Laa Tahzan

.

Belajar membuat cerita


Biarkan mengalir saja….

Ucap itu membekas di hati keras saya. Meskipun ini terasa hambar di telinga, namun tetesan air mata mampu menyediakan sebuah ruang hati untuk pahatan kata itu. Di beberapa episode berlalu ia memang semakin layu, dan entah kenapa siang ini ia ingin berbagi cerita....

“ Aku perempuan An, tentu sangat merasakan sakitnya ini “,
ia memainkan jemari seolah – olah mengurai kembali kekusutan apa yang ia pikirkan. Sementara Anti ( rekan saya ) tersenyum simpati dan meraih satu tangan itu….
menggenggamnya.

Ia bercerita….
Panjang
Ada air mata di sana
Ada penyesalan
Dan ada kesadaran atas diri yang mungkin juga salah

Hingga beberapa lembar tissue menyisakan akhir. Cukup untuk seka. Kesedihan mungkin belum selesai, tapi curahan beban itu mengalir.

Mengalir seperti kalimatnya : ‘ Aku masih kuat, An, Ra…aku masih kuat ‘.
Ucap ‘ masih kuat ‘ itu menekan kegetiran yang ia bentuk sendiri di wajahnya. Hingga ia berhenti…..

Ia menghaturkan terima kasih dan langkah kaki yang beranjak pergi. Meninggalkan saya dan Anti di meja baca sebuah taman.

Biarkan mengalir saja, ia ( perempuan ) itu lupa akan bukunya yang tadi sempat ia bawa : Laa Tahzan…….

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar