Powered By Blogger

Desember 07, 2010

Puzing

.


Mengapa ?

Hanya itu yang bisa saya ungkapkan pagi dan menjelang siang ini. Saya tak yakin segala halnya ini hari akan selesai seiring waktu. Awal hari setelah pekan yang letih menjadi klimaks dalam kejenuhan dan kerja keras yang tak terhargai. Suasana riuh amarah dan pemberontakan. Saya sangat kacau, atasan murka dan rekan – rekan yang tak kalah kusut.
Suasana kerja lantas menjadi kesenyapan, berputar – putar. Menciptakan kubur bagi pikir masing – masing.
Saya ? saya tak lebih dingin dengan diam memandang ratusan data – data ( bahkan ribuan entry ) yang harus diperiksa lagi.

Baiklah, ini adalah sebuah keluhan. Dan saya sebenarnya tidak suka dengan situasinya. Saya mengeluh dan saya menemukan diri yang kepayahan.
Dan, semuanya berjalan. Menunggu penyelesaian. Deadline dan kata – kata brief terasa membosankan. Ini sebuah kesalahan. Kesalahan karena keinginan yang tak adil dari orang lain.

Payah sekali.

Ingin rasanya menekan tombol forward seperti yang biasa saya lakukan setiap kali melihat film DVD or semacamnya. Ingin lebih tahu ending....what’s happen ? happiness or sorrow.

Saya ingat, dulu ada cerita pendek yang mengisahkan tentang seorang anak yang menemukan bola pintalan benang dengan salah satu ujung benang tersebut keluar dari bola itu. Dia tertarik. Dia bermain – main. Hingga dia penasaran dengan ujung benang yang masih tersembul sedikit di balik bundarnya benang. Kenapa tak terurai ?, setelah bola benang itu berulang kali dia gelindingkan dan terlempar – lempar olehnya.

Tanda tanya yang menggema di kepala mengarahkan jari – jarinya memegang ujung tali itu. Saat ujung benang terdapatkan, ia merasa ada kekuatan yang sangat berat untuk menahannya. Ia tak habis pikir setelah berulang kali hal itu ia lakukan. Seraya putus asa, - berharap ia mampu menarik ujung benang itu walaupun hanya sedikit saja, tiba – tiba ia menemukan tangannya yang dengan mudahnya menarik ujung benang tersebut, dan sepersekian detik ia sudah berada dalam situasi yang berbeda, ia berada di kamarnya.

Kejadian tersebut berulang – ulang. Akhirnya sang anak mengetahui, dengan menarik benang ia bisa melewatkan waktu dan berkesimpulan benda itu adalah pintalan benang waktu, baginya. Yang ia bisa saja melewatkan hal – hal yang ingin ia lewatkan.

Hidup berjalan, dan sang anak terus menarik benangnya. Banyak moment dari hidupnya yang melesat begitu saja, tanpa pernah ia rasakan. Hanya karena ketakutan, kebosanan, dan rasa ingin tahu ending atas peristiwa.

Hingga sang anak tersebut menjadi orang yang sangat tua. Terlalu banyak waktu yang ia lewatkan dalam kehidupan. Dari bagaimana ia bisa menikahi istrinya yang memang ia puja sejak masa kecil, terlewatkan begitu saja hanya karena ia ingin mengetahui dengan siapa ia berjodoh, melewatkan tumbuh kembang anak – anaknya, dan banyak hal.

Menyesal.
Itulah yang dirasakan anak kecil yang bermain – main dengan bola pintalan benang waktu. Ia merasa tak banyak mendapatkan pengajaran apapun dari hidup yang ia jalani. Hingga ia seperti seorang gagap dalam bertindak, seorang tua yang tak terlihat bijaksana. Masih labil.

Ini hanya review dari sebuah cerita yang pernah saya baca. Tentang hidup yang berombak bagi manusia. Naik – turun, bergulung – gulung ke pantai dan berakhir menjadi riak buih – buih kecil.

” Seorang pelaut ulung tidak terlahir dari laut yang tenang, karena gemuruh badai lautlah yang mengabadikannya menjadi seorang pelaut, pelaut yang menaklukkan badainya dan gelombangnya... ”

Mungkin saya harus benar menghadapi badai demi sebutan pelaut itu


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar