Powered By Blogger

April 17, 2009

( Kembali ) Belajar mengenali kekanakan

.
………….dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada jiwa mereka……………………(QS. An-Nisa’ : 63)

Pendahuluan Dalam konsep ilmu psikologi, proses tumbuh kembang anak adalah merupakan suatu proses yang selalu terkait dengan masalah “belajar”.

Artinya anak akan menjadi apa atau menjadi seperti apa, sangat tergantung pada bagaimana Ia belajar.

Anak Belajar Dari Kehidupannya.

...............


“ Anak – anak menyimpan cita dan cinta yang sangat besar,
Ajari mereka ketulusan, maka kita mengajari mereka cinta “

Saya kutip dari Cerpen Kelopak Cinta Kemuning karangan Wijiasih P.

Apa yang bisa teringat tentang masa kecil saya ? Hm, sayang hanya sedikit moment yang bisa saya lihat dokumentasinya di Album keluarga. Mungkin dikarenakan kehidupan masa kecil saya sangat jauh dari kota. Atau karena kami dulu memang tidak punya kamera ya ??…he…he…he….

Saya tinggal di daerah salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan,….mengikuti jejak Bapak yang ditempatkan di sana. Bapak saya PNS biasa banget,…jadi pada ditendang sana – sini ( senyum !! ) . Dan masa kecil saya habis di sana. Di daerah yang sekarang mungkin masih bisa disebut desa, ketimbang Ibukota Kabupaten.

Kembali ke point bahwa saya dulu juga mengalami masa kecil,….masa kecil yang biasa dan masa kecil yang sama dengan kebanyakan orang. So What ? Tidak ada.

Memahami dunia anak kecil, itu yang ingin saya lakukan sekarang ini. Dan lantas menghantarkan saya pada dunia yang sepertinya baru saja saya lupakan, baru saja dilewati karena hadirnya kedewasaan.

“ Di mata anak kecil, dunia selalu saja indah. Dalam tangis mereka…….
dalam tawa mereka “
Saya kutip dari surat teman kakak saya,….yang terbaca pas ulang tahun pertama anaknya.

Apa yang terjadi pada diri saya ?……
keberlangsungan dan keteraturan perubahan alam yang juga membentuk perubahan yang berjalan dinamis pada diri saya, dan lantas hanya bisa membuat saya mengingat – ingat apa yang telah terlewati. Saya menciptakan reel yang sangat panjang ke masa lalu, dan ( dalam perjalanannya ) saya menemukan slide – slide yang tak utuh lagi.

Hingga saya bersua dengan dua bocah yang bercengkrama di halaman rumahnya saat saya pulang kerja kemaren itu. Hm,…adakah mereka tahu bahwa yang sedang mereka lewati detik itu akan menjadi kenangan buat mereka ? ….., saya masih berusaha memahaminya.


Untuk keponakan saya,,,,

“ semoga kau bisa mengukir setiap jejakmu, di hatimu….. “

..............................

Saya menjejak lagi di suasana kekakanakan, selintas hanya karena melihat adik – kakak yang menelusuri bukit dekat kantin perusahaan saat saya makan siang kemaren hari. Sang adik kecil menangis dan sang kakak yang seperti berusaha mengimbangi langkah.
Saya hanya mencoba ( kembali ) memahami kekanakan saya yang dulu selalu memandang ke Abah - Mama saya setiap kali menemukan hal baru. Bahkan untuk sebutir permen yang diberikan untuk saya, tak terulur tangan saya bila mereka berdua tak berkenan akan hal itu.

Betapa peran mereka sangat penting dalam tumbuh kembang, peran kedewasaan, dan segalanya saya.

Lantas saya mencoba memparalelkan diri saya yang dulu dengan kedua bocah itu. Mereka perlu…….
mereka perlu hal – hal yang saya terima di masa kecil saya.
Seharusnya.
Setidaknya dalam skala kecil kesederhanaan. Apakah mereka mendapatkannya. Saya sungguh tidak mengetahui sejauh itu.

Tapi mari kita bicara pemahaman yang seharusnya kita bentuk sebagai orang tua atau dengan posisi saya sekarang ini yang ‘ suatu saat kelak pasti menjadi suami dan Bapak ‘…InsyaAllah…..

Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar menjadi rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar untuk menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan Ia belajar menjadi percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan cinta kasih saying dan persahabatan Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

(puisi karya : Dorothy Law Nolte)
judul asli : Childern Learn What They Live Dari Mana anak Belajar ?

Kehidupan keluarga menjadi sumber inspirasi utama proses pembelajaran seorang anak dalam menemukan, membentuk dan mendesain kepribadian. Dinamika kehidupan keluarga akan menjadi ruh bagi terbentuknya frame of personality. Dari keluarga inilah anak menginternalisasikan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang nantinya akan digunakan sebagai alat berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya. Sampai dengan titik ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa baik buruknya kualitas kehidupan keluarga akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.

Anak – anak memahami segala halnya dengan indera ( penglihatan, pendengaran, dll ) yang berproses pada usaha untuk mencontoh. Usaha untuk mengaplikasikan sesuai kemampuan sehingga teradaptasi di dalam jiwa dan pemikirannya.

Mengajar anak dengan cinta, mengajar anak dengan ketulusan, dan memahami mereka sebagai bentuk manusia yang belum lagi dewasa dan belum mempunyai filterisasi yang baik untuk jiwa mereka.

Antara Ketegasan dan Kekerasan
Tidak ada satupun alasan pembenar yang dapat membenarkan tindak kekerasan pada anak untuk sebuah metode pendidikan. Kekerasan akan meninggalkan dendam dan kebencian. Yang dianjurkan adalah menggunakan pendekatan ketegasan. Tegas berarti aseritif, yaitu membiasakan disiplin untuk melatih bertanggungjawab. Ketegasan memang sering berimplikasi pada suatu suasana yang tidak menyenangkan bagi anak-anak.

Namun selama ketegasan itu kita komunikasikan secara terbuka (tidak didasari oleh ego kekuasaan sebagai orang tua), maka lambat laun anak akan mengerti mengapa saya “dipaksa” begini atau begitu” oleh ayah/ ibu saya. Oleh karena itu konsep ketegasan ini harus selalu diiringi dengan pemberlakuan prinsip reward and punishment.
Dengan demikian ketegasan tidak meninggalkan jejak dendam dan kebencian, sebaliknya meninggalkan kesan tentang perlunya tanggungjawab dan kedisiplinan. Cinta memang butuh ketegasan.

“cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)

Dan terakhir,
" Kerinduan dan pengharapan orang tua terhadap kita untuk suatu saat kelak adalah kerinduan dan pengharapan yang sama oleh kita terhadap anak dan cucu nantinya "


: Untuk ratusan generasi kecil di kamp kerja saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar