Powered By Blogger

April 17, 2009

Pagi ini - Saya ingat mama saya

Kidung kegundahan menyanyi di bait – bait kecil yang lirih dari suara perempuan itu.

“ Tuhan,
Bila hati ini hanya bisa menampung keresahan dari semesta Mu, maka ampunilah aku. Rasa syukurku terbatas pada senyum yang bisa kami tawarkan pada meringkihnya tiang – tiang penyangga kesabaran. Dan kuharapkan aku mampu menopangnya……..“

Munajatnya terus membelah sapuan awan di purnamanya bulan. Suara pungguk yang sedih, menjadi musik tersendiri di pondokan kecil tepi bengawan itu.

Dan lantas suara alunan merdu muadzin membangunkan hari di kepagian.
Setelah membenamkan diri yang panjang di sujudnya, ia pun bergegas lara.

Kemanakah perempuan itu ?

Hm, dia sedang melangkahkan kakinya di setapak penurunan bukit seraya menahan keseimbangan ‘ bakul sayur ‘ di kepalanya. Sayur yang baru dipetiknya di menjelang petang hari kemaren.

Wajahnya menendangkan perjuangan, dan ketulusan akan kelangsungan dirinya dan anak – anaknya.

Dia terus berjalan…..


Ribuan Kilo, jarak yang kau tempuh.
Lewati rintang, untuk aku anakmu.
Ibu ku sayang, masih terus berjalan.
Walau tapak kaki, penuh darah…
penuh nanah

Ibu

…………………


Hm, saya hanya mengingat sosok Ibu saya, entah…..saya masih tidak bisa menerjemahkan rasa setiap kali saya berhadapan dengan sosok itu. Penghargaan saya pada ‘ perjuangan ‘ nya masih terbatas pada : “ Saya sudah kerja Ma “ dan lantas dalam beberapa hal saya seperti diingatkan bila saya masih seorang anak di hadapannya.

Kemandirian saya tertampar saat mama selalu mempertanyakan kabar saya. Selalu marah, bila dalam satu minggu tidak ada kabar yang up date mengenai saya. Laporan saudara – saudara, bagaimana mengomelnya ia di segenap penjuru rumah hanya karena sms atau suara ( ditambah kata : ‘ merdu ‘…ehm,…ehm ) saya tak tersapa olehnya. Dan bila seperti itu, maka saya menghabiskan sekian jam dengan ceramahnya di penghujung malam.
Keletihan saya tidak terpandang mesra. Lantas, cerewetnya mama semakin berujung pada prahara…..dan seperti malam tadi. Setelah berbantah ampun:

“ Ma, tolong mengerti saya “.

Saya dijatuhi hukuman untuk pulang secepatnya.


 

Dalam perjuangan pengajuan pinjaman cuti.

( 20 Juli 2008 )

Catatan lama dan saya ingat kembali

Pagi ini saya ingat mama saya,
Semoga beliau baik - baik saja




.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar