Powered By Blogger

Mei 22, 2009

Catatan mengenai cincin pernikahan

Saya bertemu dengan pasangan yang membawa seorang anak kecil. Itu terjadi saat saya dalam perjalanan pulang kembali ke Samarinda, Kalimantan Timur. Dari Banjarmasin, dalam bis besar yang membawa kami bersama puluhan penumpang lainnya. Suatu ketika saya terlibat pembicaraan dengan laki – laki dari pasangan itu, sementara sang perempuan sibuk mengeloni anak kecilnya dalam gendongan. Ini terjadi di atas Ferry penyeberangan Penajam – Balikpapan.
Awalnya pembicaraan itu berjalan biasa. Saling mengenalkan diri dan bertukar informasi. Hingga saya menemukan sesuatu yang menarik

“ Kok gak pake cincinnya Mas ? “ ucap saya seraya menyeruput teh hangat yang terhidang.

“ Maksud Bapak ? “

Saya hanya mendelikkan mata saya kearah jari – jari Mas yang bersangkutan.
“ Oh, saya belum menikah Pak “

“ Lho ? lantas…”

" Oh, dia saudara saya. Kakak saya. Saya hanya mengantarkan dia kembali ke Balikpapan. Karena kemaren hari ada acara keluarga besar di Banjarmasin “

“ Oooooo, “ saya manggut – manggut… “ Suaminya ? “

“ Suaminya seorang pelaut Pak. Kebetulan saat ini beliau dinas dalam pelayaran perusahaannya.” Ucap laki – laki di seberang saya ini
“ Tapi kakak saya sudah mendapat ijin dari suami kok untuk pulang kemaren hari itu “, ucapnya lagi.

Apa yang menarik ?
Hehehe….saya melihat cincin kawin itu di jemari manis kiri perempuan berjilbab yang masih saja berdiri seraya terus menggendong anaknya yang mungkin sedang tertidur itu. Posisinya kebetulan agak menjauh dari kami. Kakak dari laki – laki teman saya bicara sekarang.
Benar, Cincin pernikahan. Salah satu tanda status seseorang. Seorang yang sudah berkeluarga. Sesuatu yang mungkin sulit untuk diterapkan kepada kaum Adam sekarang. Berpikir bahwa cukup perempuan saja yang memperlihatkan status mereka. Laki – laki ? hahahaha…saya masih belum merasakannya. Apakah saya nanti akan punya alasan untuk tidak menggunakan cincin nikah saya atau saya akan mempunyai egois yang cukup besar bahwa tanpa alasan pun saya berhak tidak memperlihatkan cincin itu di khalayak ramai.Atauuuu, saya akan membanggakan cincin itu di setiap waktu saya di keramaian
( saya berharap menjadi laki – laki yang berpikir kemungkinan ketiga. Sok….!! ).
Yang pasti saat itu saya berharap ( dalam hati ), Semoga sang Suami yang pelaut itu juga mengenakan cincin nikahnya dalam kehidupan kerjanya.


22 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar