Powered By Blogger

April 08, 2010

Kemenangan yang tak berarti bagi MU dan Abdul Basid kecil

Ini adalah tulisan dinihari tadi, setelah saya membangunkan diri untuk menyelesaikan report ahir bulan dan memang saya men-setting kerja lembur ini karena ada sesuatu hal yang ingin saya tonton di layar televisi. Biasa saja, bekerja sembari menghibur diri dengan tontonan bola Liga Champion Eropa.

Hm baiklah, saya ingin memulai bahasan dengan sebuah pertanyaan : bagaimana perasaan anda saat mencapai sebuah kemenangan yang tak berarti ?
Mungkin bagi anda yang menonton pertandingan bola dini hari tadi akan langsung menyarankan saya untuk bertanya pada Alex Fergusson. Ups, salah. Saya melihat Alex Fergusson cukup tenang melenggang keluar dari tribun pelatih dan pemainnya. Santai sekali dia. Akan lebih tepat pertanyaan itu saya tujukan kepada Wayne Rooney bukan ? atau kepada Rafael ?

Tapi tidak.
Saya tak tertarik bertanya pada mereka. Banyak alasan sih, mereka seorang professional yang mampu mengartikan kalah - menang adalah hal biasa dalam pertandingan dan yang penting terhadap kalimat ini adalah SIAPA SIH SAYA UNTUK BERTANYA PADA MEREKA ?


Dia adalah Abdul Basid, seharusnya saya bertanya padanya. Ahk, seandainya saya bertemu dia. Tapi Sayang, saat ini saya benar – benar tak pernah mengetahui lagi keberadaannya. Sudah sangat lama. Memori tentang masa kecil kembali menguak pada selaput sadar saya. Meskipun cukup sulit mengingatnya secara utuh.

Seorang Abdul Basid, teman Sekolah Dasar. Dia yang paling kami tuakan dan paling kami jagokan. Dua tahun tidak naik kelas, menyebabkan dia menjadi sosok yang disegani oleh kami ( maklumlah anak – anak ).
Kelas 5 SD dan kenaikan kelas. Orang tua berdatangan untuk ambil raport. Abdul Basid tak saya jumpai dalam pesta yang ramai dengan aneka nasi bungkus yang selalu kami bawa dalam tiap bagi raport kenaikan kelas. Saya tak begitu peduli. Hingga akhirnya saya tau dia berhasil naik kelas dan posisi rangking yang 10. Pujian ibu guru untuk kami agar mencontoh Basid. Meninggalnya Bapak yang seorang preman kampung di pertengahan masa ajaran, memang membuat Basid sedikit berubah. Dalam artian dia tidak pernah lagi mengganggu anak SD tetangga setelah itu.

Kemana Basid ?
Dia tak mengambil raport karena Iuran SPP yang tertunggak 4 bulan dan seorang Ibu yang tak mampu membayarnya.

Abdul Basid menang, dia berhasil untuk pertama kalinya masuk ranking 10 besar, tapi tak berarti karena dia memutuskan berhenti sekolah ketika itu, dan raport ( pialanya ) tak tersentuh olehnya.

: bagaimana perasaan anda saat mencapai sebuah kemenangan yang tak berarti ?

Abdul Basid kecil mungkin tak akan bisa menjawabnya selain tau bahwa ia sudah tak bersekolah lagi……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar