Kebimbangan mengena, dan hidup menyajikan parodi yang apik untuk saya hanya bisa kecut miris. Pun dengan langkah saya yang capai akan kejenuhan. Saya tersapu pada wajah yang munafik berkali – kali. Usaha jernih hati dan istiqomah pada azzam yang melekat sekedarnya di jiwa ini tak mampu bawa saya berdiri, yang bahkan untuk kibarkan bendera perlawanan.
Saya tergerus arah, saya tersapu pada jejak salah.
Hm, ya
Awal dari sebuah kepalsuan.
Segenap hati yang riuh, bertabuh kelu.
Tak menunjukkan daya, namun wajah tetap tertawa.
Lelah, lelah saja untuk terus tersenyum.
Lelah saja untuk terus bersandiwara
Tuhan, cukup Kau yang menjadi saksi pada bimbang ini......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar