Powered By Blogger

Juli 11, 2010

Duh, Gusti Allah…. Terima kasih untuk pagi ini…..

.

Dulu ada cerita Sinar yang membuat air mata saya menetes tanpa mampu saya sembunyikan di beberapa tatap mata rekan yang juga menonton hal yang sama. Tentang bakti itu dan geraknya dalam layar televisi tidak lagi semacam teori yang hanya bisa kita lakukan setelah saya sudah besar, setelah saya lulus kuliah dan sudah bekerja, setelah saya menjadi pengusaha dan mampu menaikkan haji emak saya, setelah saya….
Tapi Sinar tidak, ia tidak menunggu setelah apapun yang mungkin terpikirkan oleh kebanyakan kita. Ia tidak diam untuk menunggu saatnya mampu.
Benar, Sinar tidak mampu secara teoristik, tapi sepertinya ia ingin mengajarkan kita betapa realita tidak hanya berbatas pada teori……
ia melakukan semampunya yang ia bisa, tanpa suara. Kepolosannya mengisyaratkan ketulusan yang sayapun tak mampu....
Ups, Sinar sudah tak terdengar lagi. Meskipun saya penasaran ingin mendengarnya. Yang oleh Charlie ia abadikan dalam lantun nada tentangnya, tentang Sinar.
' Jangan menangis sayang, ini hanyalah cobaan Tuhan. Hadapi semua dengan senyuman, dengan senyuman…'
Bisa jadi Sinar 6 tahun masih tak mengerti senyum itu adalah apa ?


Dan mulai kemaren saya kembali terdampar dalam phenomena yang seharusnya ( sudah ) tak asing bagi saya. Kemiskinan dan nestapa masyarakat negeri ini. Seharusnya, hingga saya pun menyimpan rasa tak peduli untuk beberapa waktu bila tidak ada semacam ingat seperti banyak media televisi khabarkan belakangan ini. Tentang penjualan anak di panti, tentang anak – anak yang terlantar karena sang Bapak adalah seorang penjahat tertangkap polisi, dan sosok ibu mereka yang entah. Tentang bayi yang menderita gizi buruk karena orang tua yang melahirkan tak punya apapun untuk membeli gizi yang baik baginya.
Akh, saya jadi manusia penuh belas kasihan dan cengeng. Tapi satu kalimat yang membuat saya hancur dalam perenungan tentang apa yang ada di diri saat ini :



" Jika lapar, saya hanya menangis, Jika ada orang yang memberi uang, saya belikan nasi. Hanya nasi. Hanya Nasi. Hanya Nasi ",
Ucap Nenek yang bernama Siti Rahmah itu katakan pada sebuah media, lengkap dengan air mata.
Apakah ia lapar ? Mungkin
Yang pasti ia mampu menanyakan kembali rasa kemanusiaan saya yang seringkali tidak mensyukuri nikmat-Nya



Duh, Gusti Allah….
Terima kasih untuk pagi ini…..


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar