Powered By Blogger

Agustus 19, 2010

Mari kita bicara cinta pagi ini

.



Mari kita bicara cinta pagi ini,
Karena saya merasa lama juga tak menyapa kata itu, dan menancapkannya di tulisan saya.
Cinta ? It’s sounds like a strange word. Dulu, bagi saya yang patah hati. Dan sekarang cinta adalah…..
Gak, cinta gak berarti apapun. Deskripsi terlalu bebas akan membuat ia menjadi kata yang tak mandiri,tak indipenden. Lantas menjadi manja. Cinta hanyalah sesuatu yang terjelaskan dengan indah, terpuisikan.
Akibatnya cinta tak berarti apapun dalam nyata, karena kita terlalu membuang energi berteori, merumuskan, memahami, dan hal yang membuat kita terlelap dalam angan - angan. Menurut saya lho….

Jadi,
apakah saya akan berani mencintai seseorang dengan cinta yang tak terartikan itu ?. Ups, maksud saya ia adalah seorang perempuan.
Heh, tiba – tiba renungan Kahlil Gibran dalam sayap – sayap patahnya mempengaruhi sentimental saya. Mengajak saya bergulat pada kata – kata puitis. Tapi tidak, saya tidak ingin terbius oleh sisi melankolis ( lagi )

Hups, Pertanyaan yang aneh saya kira : tentu saja.
Saya masih teramat sangat banyak rasa malu. Jangan tertawa. Ini agak sulit dijelaskan. Tapi begitulah, meskipun ini tak membuktikan apapun.
Saya payah perihal ini. Dan saat memutuskan untuk meniadakan proses pengenalan lebih jauh ( berpacaran ), itu karena saya sangat mengerti siapa diri saya.

Saya ingin mencari perempuan yang pasrah, seolah – olah hanya saya satu – satunya laki di dunia dan ia bagaimanapun harus menerima saya untuk menautkan rasa cinta miliknya. Cinta seorang manusia pada manusia, Fitrah. Sehingga saya akan memperoleh keyakinan bahwa ia ( perempuan itu ) memang menerima saya apa adanya, karena hanya saya laki – laki yang bisa dipilih. Ini bukan perkara multivle choice, tapi semacam…..
kalau tidak saya, ia tidak akan mendapatkan laki – laki siapapun. So, dia menerima saya dengan kalimat yang sangat saya senang mendengarnya : mencintai apa adanya dan setulusnya…..
Saya akan menikahinya !!

Hehehehe, terlihat lebaykan ?
Kawan saya terbahak – bahak sekali mendengar keinginan konyol ini. Dia beranggapan ini harapan yang ( seharusnya dan *saya tak sependapat sekali ) dimiliki oleh perempuan, kecuali saya adalah seorang Gollum dalam trilogy The Lord of The Ring.
Dan sejauh pemandangannya ( hehehehe, saya merasa tersanjung kali saat ia mengucapkan kalimat lanjutan ini ) – saya ini tipikal yang jauuuuuuuuuuuh lebih baik dari makhluk pengkhianat itu.

Lah, kembali ke topik dach, berkaitan cinta tentu saja. C.I.N.T.A
( Yang dalam beberapa tampilan televisi dan sampul VCD – bajakan tentu saja, bahkan tulisan cinta menjadi C.I.N.T.A – apakah memang seperti itu ya penulisan cinta sekarang ? atau hanya sekadar pelafalan ? Ahk, taklah saya urus hal macam itu )

Yaps, seandainya Kahlil Gibran masih hidup, maka saya ingin memaki dia dengan tulisan ini.
Sayap – sayap patah tak berarti, bukan karena tersobeknya beberapa bagian buku itu – tapi karena saya benar – benar tak percaya segala kata – kata puitis dapat membawa suatu hubungan pada ikatan dasar yang bisa bertahan dalam waktu yang lama. Cinta tidak melulu terproyeksi pada kata – kata, sekian ucap tulus, dan perasaan yang terpuisikan. Tapi rasa semacam itu hanyalah batasan untuk ukuran diri yang semampunya bisa….
bertahan ? entahlah.
Saya tak bisa merangkai lebih baik kalimat penjelasan untuk ini.

Dan saya juga ( sekarang ini ) tak terlalu menikmati tulisan macam Sayap Yang Tak Pernah Patah dan sebagainya. Serial Cinta. Maaf, saya tidak berada dalam posisi tidak menyukai, hanya tidak lagi menikmati. Benar, entah kenapa saya tak lagi menikmati tulisan – tulisan lembut itu.

Gak terlalu mengerti, mungkin karena saya ( sudah ) berada di garis realitas yang tak sempat untuk berteori. Mungkin hati saya tak lagi membutuhkan kelembutan kata – kata. Mungkin ya ? Karena hati siapa tahu, hati siapa yang bisa memahami ?

Toch, setiap kelembutan dan melankolis saya akhirnya saya abadikan sebagai sampah rasa juga di halaman ini.

Baiklah, lalu apa yang sebenarnya ingin saya katakan pada cinta ? Untuk kata itu ?
: Hm ya, saya tidak sedang jatuh cinta ( untuk lawan jenis ) pada siapapun, bahkan ketika….

“ Bang, Alhamdulillah…cincinnya sudah ada yang menerima “

“ Hm, Siapa Jar ? “, Fajar Firdaus – saudara saya. Saudara yang saya kasih amanah membawa sebentuk cincin untuk ditemukan pada yang bersedia memasangnya kelak di jarinya.

“ Adik angkatan dari istri Kak Ipul di Darussalam Martapura “

“ Mama ? Mama Sudah… “

“ Sudah Bang, mama sudah langsung bersilaturrahmi ke rumahnya. InsyaAllah baik bang. Teleponlah mama malam ini, jangan sekarang, masih capai beliau “

Akhirnya, meskipun cinta saya tak jatuh ( kata lain jatuh cinta ), toch saya punya harapan tentang ibadah, tentang melengkapi separuh dien yang kata orang seharusnya bisa terealisasi dari kehadiran kata ( saling ) men-cinta-i pada lawan jenis itu.

Lho, kau manusia yang tak punya cinta ya ?
Hehehehe, gak. Saya punya cinta kok. Saya cinta pada agama saya, pada mama saya, pada saudara saya, dan cukuplah kesemua cinta itu yang memparalelkan cinta saya pada seorang ( perempuan ) kelak.
InsyaAllah, aamiiiiiiiiin.


haitami


*MP3 mengalun nada 'yang sangat kusayang' - Rano Karno. Membuat pagi ini berubah menjadi lantunan rindu



.

2 komentar:

  1. Hmm..ekspresi cinta yang sedikit amburadul, maksa tapi cukuplah dimengerti, sebuah happy ending dari pencarian cinta yang sejatinya juga untuk ibadah (begitu yah kira-kira..menurut saya..maaf kalo salah)

    BalasHapus
  2. Cinta begitu banyak untuk bisa digambarkan, dari yang menerima apa adanya sampai egoisme semata

    BalasHapus