Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( Q. S Ali Imran : 190 )
Mengapa langit senja terlihat lebih ‘ sentimental ‘ dengan kuning – jingganya daripada langit siang ? Mengapa di peraduannya dan di kala terbitnya, matahari lebih terlihat ramah daripada saat ia merangkak tepat di ubun – ubun kita ?
Ini hanya sekedar pemaknaan saja. Betapa irama penampakan matahari yang sejauh kita pelajari adalah akibat dari pergerakan bumi yang menari di lingkaran pusatnya sendiri dan seraya berjalan berkeliling mengitari ekliptika. Seperti gasing di jagat raya. Harmonisasi gerak dari sebuah kuasa.
Tak mengertikah kita bila tanpa hijab dari atmosfer yang membungkus bumi, hanya gelap yang akan teraba di langit. Cahaya bintang ( matahari ) tak menghambur dengan sempurna. Dan bila tanpa atmosfer, maka matahari seperti bintang lainnya. Cahayanya akan terlihat hanya bila kita melihatnya langsung.
Ada beberapa faktor yang mengapa kita bisa melihat perubahan warna matahari di beberapa titik posisinya dari tempat kita berdiri ;
Selain keberadaan lapisan atmosfer ( dari beberapa tingkatan dan ‘ ketebalan ‘ ) dengan molekul – molekul udara pembentuknya, kita juga akan di tuntut untuk mengetahui bagaimana sih sifat cahaya, dan terakhir daya tangkap dari indera penglihat kita sendiri.

Cahaya adalah suatu bentuk energi yang dapat diradiasikan oleh suatu gelombang, yang dalam hal ini adalah belombang elektromagnetik. Mengapa disebut gelombang elektromagnetik ? mungkin kita kembali ke fisika dasar mengenai gelombang. Bahwa disebut gelombang elektromagnetik ialah karena gelombang tersebut dibentuk oleh getaran medan listrik dan magnet secara sama dan berposisi saling tegak lurus.
Selama ini kita mengenal pewarnaan cahaya adalah mejikuhibiu ( merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan unggu ). Proses ini bisa kita dapati dengan uji coba dispersi cahaya ato yang kita seringkali katakan ‘ peristiwa hamburan cahaya ‘. Bila kita mengambil jurusan eksak di sekolah dan kuliah kita, mungkin istilah dispersi cahaya sudah tidak asing di telinga kita. Dalam hal ini cahaya matahari akan terdispersi oleh atmosfer kita yang dimana zat – zat pembentuknya merupakan zat yang bersifat koloid. Sehingga dalam gejala radiasi cahaya matahari kita akan menemukan istilah Efek Tyndall.
Efek Tyndall sendiri ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang fisikawan Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut Efek Tyndall.
Dan perlu diketahui bahwa bagian cahaya yang mejikuhibiu mempunyai karakteristik masing - masing, yakni panjang gelombang dan frekuensi tersendiri. Artinya warna cahaya tergantung daripada besaran nilai ( numeric ) gelombang dan frekuensinya.

Sekarang mari kita susun peristiwa demi peristiwa berdasarkan informasi di atas. Awalnya sinar matahari ( yang secara umum kita akan melihat sebagai cahaya berwarna putih. Bukan kuning lho ? karena kuning hanya pecahan dari sekian banyak sebaran cahaya, yakni mejikuhibiu ) akan mengenai atmosfer bumi. Selanjutnya di sini akan berlaku Efek Tyndall. Di mana cahaya akan terpecah karena proses dispersi yang dilakukan oleh zat koloid pembentuk atmosfer bumi. Dalam prakteknya adalah bahwa cahaya matahari sebenarnya terserap penuh oleh atmosfer bumi dan kemudian terjadi penghamburan berkas – berkas cahaya ke permukaan bumi. Semakin di bawah, atmosfer memiliki zat – zat yang bersifat koloid dengan nilai kerapatan yang besar. Hal ini karena adanya pengaruh dari gravitasi bumi kita sendiri.
Selanjutnya cahaya – cahaya tersebut yang memiliki gelombang dan frekuensi berbeda akan bergerak lurus. Dan di sinilah point besaran gelombang dan frekuensi yang dimiliki cahaya akan mengambil bagian. Mengapa hanya biru yang kita lihat di siang hari ? Itu lebih di karenakan karena justru gelombang warna biru dan unggu - lah yang mempunyai besaran gelombang dan frekuensi yang dominant di antara warna – warna cahaya lainnya. Sehingga pada siang hari - yang notabene itu adalah posisi terdekat bumi dengan matahari akan terjadi pembelokan cahaya biru dan ungu dari matahari ke penglihatan kita.
Lantas bagaimana dengan ungu ?



Semoga ini bermanfaat, untuk saya dan kawan – kawan semua. Wallahu’alam bis showab….
Lantas saya kembali mengemukakan pertanyaan saya di yang pertama ; Mengapa langit senja terlihat lebih ‘ sentimental ‘ dengan kuning – jingganya daripada langit siang ? Mengapa di peraduannya dan di kala terbitnya, matahari lebih terlihat ramah daripada saat ia merangkak tepat di ubun – ubun kita ?
Sepertinya ini akan mempunyai jawaban yang menarik dari kalian ?
Disadur dan di olah dari banyak sumber.
1. http://shobru.wordpress.com
2. http://math.ucr.edu/home/baez/physics/General/BlueSky/blue_sky.html
3. http://www.sciencemadesimple.com/sky_blue.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar