Powered By Blogger

Juli 16, 2009

tentang langit biru dan..........kuning - jingganya sore


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( Q. S Ali Imran : 190 )



Mengapa langit senja terlihat lebih ‘ sentimental ‘ dengan kuning – jingganya daripada langit siang ? Mengapa di peraduannya dan di kala terbitnya, matahari lebih terlihat ramah daripada saat ia merangkak tepat di ubun – ubun kita ?
Ini hanya sekedar pemaknaan saja. Betapa irama penampakan matahari yang sejauh kita pelajari adalah akibat dari pergerakan bumi yang menari di lingkaran pusatnya sendiri dan seraya berjalan berkeliling mengitari ekliptika. Seperti gasing di jagat raya. Harmonisasi gerak dari sebuah kuasa.

Tak mengertikah kita bila tanpa hijab dari atmosfer yang membungkus bumi, hanya gelap yang akan teraba di langit. Cahaya bintang ( matahari ) tak menghambur dengan sempurna. Dan bila tanpa atmosfer, maka matahari seperti bintang lainnya. Cahayanya akan terlihat hanya bila kita melihatnya langsung.

Ada beberapa faktor yang mengapa kita bisa melihat perubahan warna matahari di beberapa titik posisinya dari tempat kita berdiri ;
Selain keberadaan lapisan atmosfer ( dari beberapa tingkatan dan ‘ ketebalan ‘ ) dengan molekul – molekul udara pembentuknya, kita juga akan di tuntut untuk mengetahui bagaimana sih sifat cahaya, dan terakhir daya tangkap dari indera penglihat kita sendiri.


Mari kita melihat pada sifat cahaya :
Cahaya adalah suatu bentuk energi yang dapat diradiasikan oleh suatu gelombang, yang dalam hal ini adalah belombang elektromagnetik. Mengapa disebut gelombang elektromagnetik ? mungkin kita kembali ke fisika dasar mengenai gelombang. Bahwa disebut gelombang elektromagnetik ialah karena gelombang tersebut dibentuk oleh getaran medan listrik dan magnet secara sama dan berposisi saling tegak lurus.
Selama ini kita mengenal pewarnaan cahaya adalah mejikuhibiu ( merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan unggu ). Proses ini bisa kita dapati dengan uji coba dispersi cahaya ato yang kita seringkali katakan ‘ peristiwa hamburan cahaya ‘. Bila kita mengambil jurusan eksak di sekolah dan kuliah kita, mungkin istilah dispersi cahaya sudah tidak asing di telinga kita. Dalam hal ini cahaya matahari akan terdispersi oleh atmosfer kita yang dimana zat – zat pembentuknya merupakan zat yang bersifat koloid. Sehingga dalam gejala radiasi cahaya matahari kita akan menemukan istilah Efek Tyndall.
Efek Tyndall sendiri ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang fisikawan Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut Efek Tyndall.
Dan perlu diketahui bahwa bagian cahaya yang mejikuhibiu mempunyai karakteristik masing - masing, yakni panjang gelombang dan frekuensi tersendiri. Artinya warna cahaya tergantung daripada besaran nilai ( numeric ) gelombang dan frekuensinya.

Mengapa siang hari langit berwarna biru ?
Sekarang mari kita susun peristiwa demi peristiwa berdasarkan informasi di atas. Awalnya sinar matahari ( yang secara umum kita akan melihat sebagai cahaya berwarna putih. Bukan kuning lho ? karena kuning hanya pecahan dari sekian banyak sebaran cahaya, yakni mejikuhibiu ) akan mengenai atmosfer bumi. Selanjutnya di sini akan berlaku Efek Tyndall. Di mana cahaya akan terpecah karena proses dispersi yang dilakukan oleh zat koloid pembentuk atmosfer bumi. Dalam prakteknya adalah bahwa cahaya matahari sebenarnya terserap penuh oleh atmosfer bumi dan kemudian terjadi penghamburan berkas – berkas cahaya ke permukaan bumi. Semakin di bawah, atmosfer memiliki zat – zat yang bersifat koloid dengan nilai kerapatan yang besar. Hal ini karena adanya pengaruh dari gravitasi bumi kita sendiri.
Selanjutnya cahaya – cahaya tersebut yang memiliki gelombang dan frekuensi berbeda akan bergerak lurus. Dan di sinilah point besaran gelombang dan frekuensi yang dimiliki cahaya akan mengambil bagian. Mengapa hanya biru yang kita lihat di siang hari ? Itu lebih di karenakan karena justru gelombang warna biru dan unggu - lah yang mempunyai besaran gelombang dan frekuensi yang dominant di antara warna – warna cahaya lainnya. Sehingga pada siang hari - yang notabene itu adalah posisi terdekat bumi dengan matahari akan terjadi pembelokan cahaya biru dan ungu dari matahari ke penglihatan kita.

Lantas bagaimana dengan ungu ?
Jawabnya ada di sel reseptor mata kita. Mata kita mempunyai sel reseptor yang hanya bisa menangkap 3 besaran cahaya, yakni biru, merah, dan hijau. Sehingga hamburan cahaya ungu akan cenderung identik tertangkap adalah biru – pula – oleh mata kita. Itulah yang menyebabkan mengapa siang hari langit berwarna biru. Dan mengenai logika langit biru adalah pantulan gelombang warna laut, saya sendiri masih menganggap bahwa factor birunya laut…justru terjadi oleh peristiwa hamburan cahaya dari matahari. Bukan sebaliknya…..

Dan bagaimana dengan kuning – jingganya langit sore ?
Masih sama dengan kronologis di atas. Hanya saja di sini kita juga perlu memahami posisi dari tempat kita berdiri ? Mengapa itu penting dan bisa menjadi bagian dari penglihatan warna cahaya matahari yang akan kita tangkap dan kita maknai ? Itu karena pergerakan matahari yang semakin ke barat ( ato saat pagi hari, posisi matahari juga memiliki sudut besar relative sama dengan posisinya kala terbenam bukan ? ) akan menyebabkan posisi sudut kita dengan matahari akan semakin besar dari awalnya yang bisa di katakan tegak lurus di siang hari. Dan ini menyebabkan sudut dispersi akan semakin besar pula, sehingga hamburan cahaya yang bisa kita tangkap hanyalah hamburan cahaya kuning - jingganya matahari. Sederhananya adalah bahwa mata telanjang kita tidak dapat menangkap cahaya biru dan ungunya matahari, karena cahaya tersebut akan di hamburkan di bagian bumi yang lebih dekat berada dengan posisi matahari ( bagian bumi yang mengalami siang karena pengaruh rotasi bumi sendiri ) oleh karena pengaruh hambatan yang kecil dan sudut dispersi yang relative kecil. Sehingga pergerakan cahaya yang lurus hanya menyisakan cahaya kuning – jingganya di indera penglihat kita, saat sore hari.

Semoga ini bermanfaat, untuk saya dan kawan – kawan semua. Wallahu’alam bis showab….

Lantas saya kembali mengemukakan pertanyaan saya di yang pertama ; Mengapa langit senja terlihat lebih ‘ sentimental ‘ dengan kuning – jingganya daripada langit siang ? Mengapa di peraduannya dan di kala terbitnya, matahari lebih terlihat ramah daripada saat ia merangkak tepat di ubun – ubun kita ?
Sepertinya ini akan mempunyai jawaban yang menarik dari kalian ?

Disadur dan di olah dari banyak sumber.
1. http://shobru.wordpress.com
2. http://math.ucr.edu/home/baez/physics/General/BlueSky/blue_sky.html
3. http://www.sciencemadesimple.com/sky_blue.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar