Powered By Blogger

Desember 27, 2009

Catatan pagi - pelajaran dari seorang kawan


Bertahan dari kehidupan.


Beberapa hari lalu saya menerima kunjungan dari seorang kawan - Office Administrator Bulking Installation yang berposisi di Tepian Sungai Mahakam Kabupaten Kutai Kertanegara. Ia datang untuk mengikuti meeting Operational Plan Procurement 2010 yang diadakan di Kebun. Saya menyambut kedatangan dia yang memang sudah saya anggap layaknya saudara sendiri. Maklum, saya adalah orang Banjarmasin dan dia sendiri adalah seseorang yang masih berketurunan Banjar dengan campuran seorang Bugis dari Ibu. Dan ia adalah senior saya dulunya.

Tentu ada yang bisa diambil dalam pertemuan kami, terjadi saat pembicaraan ringan di rumah saya. Saat saya menculiknya dari Mess Club tempat ia diinapkan. Kita berbicara banyak. Tentang perkembangan kerja, keluhan, canda dan lainnya.

Tapi satu yang akhirnya bisa saya katakan bahwa inilah hikmahnya. Ia hanya mengatakan pada saya bahwa semua orang sudah tentu mempunyai posisi masing – masing untuk di pertanggungjawabkan. Saya yang berurusan dalam segala operational Dispatch ( Dispatch Land, Dispatch River, and Internal Dispatch ), operational Sirtu Project, dan lainnya yang menjadi bagian job saya yang seorang administrasi di Engineering, Logistic, And Transportation Department. Dia yang mempunyai taggung jawab administrasi di Bulking Installation, ada juga rekan bernama Wali ( seorang kawan yang berposisi sebagai Staff Finance ), Dina yang Legal, Edi yang Accounting, dan banyak rekan yang lain yang kadang merasa bahwa mereka layak untuk mendapatkan fasilitas dan perhatian yang lebih baik.

Saya tentu boleh bangga, saya tentu boleh sombong, saya tentu boleh mengeluh dengan apa yang saya dapatkan sekarang. Mereka pun mungkin seperti itu. Pilihan.
Benar, semuanya adalah sebuah pilihan. Bahkan untuk sekedar mengeluh. Entah ia merasa bosan dengan keluhan saya, entah ia merasa saya salah dalam menyikapi hidup. Ia lantas mengajak saya jalan – jalan ke Lahan. Visit ke areal yang kebetulan masih ada aktivitas panen, weeding, manuring, dan semprot. Setelah itu terlihatlah hamparan puluhan pekerja lahan yang bekerja. Untuk lembaran rupiah per hari yang ditetapkan oleh perusahaan. Ia tidak berkata – kata apapun pada saya. Aktivitasnya lebih sering menyapa pada para – para pekerja itu, berbicara ringan, santai bersama sekedar melepas pergi tetesan keringat sesaat. Sesuatu hal yang hampir tidak pernah saya lakukan – padahal penempatan saya ada di sekitar kehidupan mereka.

Kepulangannya tidak terlalu banyak kata, hanya menepuk bahu kiri saya dan salam perpisahan yang biasa. Namun, cukuplah itu sebagai pengingat, bahwa ada kehidupan lain yang harus saya lihat sebelum saya mengatakan bahwa hidup saya sulit, pekerjaan saya sangat berat, stress saya sudah mencapai klimaks, dan lain halnya.

 

 Mereka ada, dan tak jauh dari saya.


Pada saat diri melihat mobilitas kaum pekerja
, dan rinai basah embun menghampiri sunyi


Pagi ini,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar