Powered By Blogger

Desember 14, 2009

( cerita ) ..........Ambilkan bulan Bu

Ambilkan bulan bu
Ambilkan bulan bu
Untuk menerangi, kamarku ini.

Si kecil memang tidak sedang bernyanyi. Tapi perempuan itu seperti mendengar dengung kemerduan di wajah mungil yang menjadi pelita hatinya hampir selama 4 tahun ini. Kelelahan sang gadis cilik akan aktivitasnya tadi siang membuatnya terbaring pada tidur yang nyenyak.

” Ma, mo beli bona....”
Perempuan itu tersenyum mengingat ucap gadisnya beberapa hari yang lalu. Saat akhir pekan ia sempatkan membawa si kecil ke Mall terdekat untuk sekedar bermain – main di Gamezone dan toko penjualan buku ’ Banjar Agung ’. Siapa si Bona ? Ia adalah seekor Gajah berbelalai panjang. Dengan warna merah jambu, dan akan selalu bersemu merah pipinya bila ia malu. Dan ia tentu saja menunjukkan sosok si Bona berbelalai panjang pada anaknya di gambaran majalah Bobo.

Ambilkan bulan bu

Gadis kecilnya semakin tumbuh, dan ia hanyalah orang tua tunggal dengan pekerjaan yang mengharuskan ia hanya bisa melabuhkan kerinduan ditiap malam, beberapa waktu sebelum si kecil bermimpi. Kadang sangat besar rasa bersalahnya, dan cukup membuat ia terombang – ambing dalam menghadapi situasi kerja. Beberapa kali ia mendapat teguran dari kantor karena bolos, karena si kecil menangis bila berpisah, karena si kecil masih tidur dan membuat ia tak tega untuk membangunkannya. Kadang begitu pengasuhnya datang menawarkan diri untuk menjemput si kecil, entah mengapa ia tolak begitu saja. Ia hanya merasa gadisnya masih perlu kehadirannya, masih perlu belaian lembutnya, masih perlu ia untuk membenahi selimut, masih perlu ia untuk sekedar mengecup kening gadis cilik itu.

' Akh, gadisku '. Entah tiba – tiba ia begitu terbuai akan perasaan. Perasaan bahagia, perasaan bangga, sekaligus perasaan haru akan lika – liku hidup yang saat ini ia jalani. Si kecil adalah tanda eksisnya untuk tetap bertahan. Lebih daripada itu, si kecillah yang membuatnya tetap bertahan. Ia menjadi pelita sekaligus prasasti abadi akan tangis, tawa, duka, dan bahagia dirinya.

Untuk menerangi kamarku ini

Perempuan itu tertidur, berbalut wajah yang juga lelah. Rumah mungil mereka hening.
Sehening kehidupan mereka yang ditinggalkan pergi oleh seorang laki – laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar