Powered By Blogger

Desember 15, 2009

( fictitious ) dari sebuah cerita

Vina namanya. Usianya masih di bawah saya, tapi ia sudah sangat dewasa di atas saya. Ia saat ini survive bersama Zahra Ayu Kemuning, anaknya. Gadis cilik yang hampir beberapa hari lagi menginjak usia 4 tahun, setidaknya begitu penuturan sang Ibu kepada kakak saya. Saat saya berkesempatan menemani kakak berkunjung ke rumah kontrakannya yang mungil. Bertamu untuk sedikit berkonsultasi mengenai penataan interior rumah. Maklumlah, kakak saya sedikit perlu nasehat mengenai penataan segala furniture dalam rumah, karena menurutnya ia baru saja mendapat teguran dari Mas Duan suaminya. Dan kakak saya tentu tak salah pilih, rumah mungil Vina sangat tertata dengan design interior yang bisa saya katakan sudah merupakan penataan seorang profesional ( Meskipun di lantai terlihat betapa berantakannya segala tetek bengek mainan dari anaknya ). Perihal Ayu anaknya– begitu biasa ia sering dipanggil, dan melihat perangainya, saya lantas jadi teringat dengan keponakan saya sendiri. Ia lincah, meskipun sedikit agak penyendiri ( bahasa saya karena ia selalu menjauh dari saya setelah sebentar mendekat hanya untuk mengambil beberapa biji permen di tangan saya ). Tingkahnya menarik hati sebagai anak kecil, terutama kepada orang – orang dewasa. Tapi lebih daripada itu, ia adalah gadis mungil yang sangat indah dipandang untuk mengagumi kekanakannya.

Bagaimana dengan Vina ? Ibu dari si kecil Zahra Ayu Kemuning. Untuk ini kakak saya punya cerita di dalam perjalanan pulang kami.
Umur Vina hanya berpaut satu tahun di bawah saya, dan ia sudah menjadi single parent, meskipun ia belum pernah menikah.
Bagaimana bisa ?
Begitulah, pergaulan bebas. Itu terjadi ketika ia masih menginjak kuliah tahun kedua di perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta. Perguruan Tinggi yang sudah saya maklumi ketika mendengarnya. Tapi ada bagian yang sangat menyentuh oleh saya tentang Vina. Awalnya ia beragama non muslim, dengan separo keturunan tionghoa dari Sang Mama. Mendengar kejadian yang menimpanya, keluarga tentulah marah besar. Terlebih saat ia memutuskan untuk beralih keyakinan menjadi seorang muslimah, sebagai prasyarat oleh sang kekasih yang seorang muslim.
Ia lantas terusir dari keluarga, dan entah mengapa sang pacar meninggalkannya begitu tiba – tiba. Ia patah semangat saat usahanya menuntut janji dari laki – laki yang sempat dicintainya menjadi pertorehan luka yang sangat menyayat. Usia kandungan 6 bulan ia menyadari diri yang sendirian. Jakarta tidak lagi ramah untuk perempuan hamil yang sendiri. Sempat beberapa kali berpindah tempat tinggal dan beberapa kali bertumpang inap di kos – kos kawan yang bersimpati, akhirnya ia memutuskan pergi meninggalkan Jakarta dan berlabuh di Kota kami.
Dengan berbekal tabungan sisa, ia berusaha bertahan. Hingga si kecil Ayu terlahir, dan ia sendiri sudah dalam adaptasi bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distributor salah satu merk dagang di Indonesia.
Bagaimana dengan keislamannya ? Disitulah letak pengenalannya dengan Kakak saya. Kedatangannya di Kota kami mendapatkan simpati langsung dari para tetangga yang sosial-nya masih bisa dibanggakan. Pengajian, dan kakak saya adalah salah satu anggotanya.
Saat ini kakak saya dan Vina sudah sepakat angkat saudara. Kakak saya beralasan sangat sulit untuk share dengan saya, adik saya dan suaminya tentang masalah – masalah perempuan. Maklum kami adalah laki – laki. Intinya, kakak saya membutuhkan kehadiran sosok saudara perempuan untuk bisa berbagi tentang ’ perempuan ’ itu sendiri.
Oh, ya. Kakak saya dengan bangga mengatakan bahwa saat ini ia sudah mulai berhasil membujuk Vina untuk berjilbab, dan dengan bangganya pula ia mengatakan bahwa ialah yang megusulkan nama untuk anaknya Vina saat kelahirannya. Zahra Ayu Kemuning, Zahra berarti bunga dan Kemuning sendiri adalah tokoh central dalam cerita Kelopak Cinta Kemuning karangan Wijiasih P – cerita yang sangat disukai oleh Kakak saya.

Begitulah, Vina namanya - yang semenjak pengenalannya dengan kakak saya beserta komunitas pengajiannya sudah berganti nama menjadi Ayesha Rasiyah. Setelah coba saya search di internet, ia berarti wanita yang tegar, yang kuat.
Mengagumkan.

Saya tersenyum saja saat kakak saya mengakhiri ceritanya. Vina sudah berhasil menunjukkan kehebatannya sebagai seorang perempuan. Meskipun bila melihat ke belakang, tentu sangat sulit membayangkan bagaimana ia bisa bertahan. Namun satu hal yang pasti, demi melihat tumbuhnya Kemuning kecil, saya menyadari ada sesuatu yang akan mejadi tugas seorang Vina. Yang saya tidak tau bahasa seperti apa yang akan ia suarakan nanti pada anaknya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar