Powered By Blogger

September 06, 2009

kosong

Lambat launku berubah menjadi pertapa dalam kesedihan di sebuah dunia yang tak kunjung bisa tertawa. Semua geramku merangkak malu pada selubung dendam di puncak amarah. Kau menghiba padaku untuk apa ?
Sementara lautan rinduku telah kualirkan dalam riak – riak yang mengalun merdu memanggil dirimu. Kau yang bercerita tentang segala warna. Ingatkah kau yang mengejek pelangi hanya kerana ia yang berani muncul di sela rintik yang menggerimis, dan kau menggoreskan gelap di selendangmu ?
Aku menghunjam perih rasa dari nyatamu, tingkah bodoh yang cukup menghangatkan segenap jiwa yang membeku. Memparalelkan derita kenangan, dan dongeng tentang bintang.
Kau berlalu pergi untukku menyendiri
Kau melangkah pergi menyapaku sekejap
Kau meninggalkanku.

Aku terkapar, memeluk sesal kesalahan.
Tolong, tolong ulurkan maafmu. Seperti sedia kala, tanpa kau yang melangkah. Aku ingin kau diam, memahat hatiku dengan segala dukamu, amarahmu, bahagiamu. Kau tahu ?, hatiku perihpun tak mengapa bila itu terbaik untuk ada-mu.

Aku menunggumu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar