Powered By Blogger

September 23, 2009

Maafkan saya bu, saya mengecewakan

Ia memandang saya dengan penuh rupa, dan saya pun memandangnya dengan segala harap bahwa saya pernah mengenal ia. Wajah tua yang bertanya itu terus menghunjam tatap yang redup….

Saya memutuskan mendekat, bagaimanapun saya seorang muda daripada ia yang keriput. Ibu itu masih terpaku dengan sikapnya.
Berjarak langkah tepat saya di hadapannya. Saya ingin ia mengatakan siapa saya untuk ia, dan saya berharap saya diingatkan bahwa saya adalah seseorang bagi ia.
Beberapa detik saya berhadap dengan ia. Waktu menjadi beku dan kaku. Hingga ia beringsut berbalik dari hadapan saya.

” Maaf nak, saya pikir engkau anak Ibu...”

Langkah itu segera menjauh, perlahan tanpa suara yang meninggalkan jejak ampunan.
Ahk, saya terkesima. Bayangan sosok itu mungkin tak sempat mengeluh, tapi cukup menyiratkan kekecewaan. Saya bukan anaknya, dan saya tak bisa menempatkan beliau menggantikan posisi mama saya.

’ Maafkan saya bu, bila saya mengecewakan....’

Saya pun berbalik arah, tas ransel yang menggantung di pundak terasa membeban rindu.

Saya melangkah…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar