Powered By Blogger

September 30, 2009

Terima kasih....

Semua butuh pengalihan, saya kira. Bila ini menyangkut pekerjaan. Rutinitas yang menjemukan akan menyebabkan tingkat depresi yang tinggi dalam diri. Kadang sangat terasa sekali bahwa pikiran dan tubuh tidak bisa lagi konsentrasi.

” Sudah, cukup !!! hentikan segala kegilaanmu akan ini. Saya tak kuat mengikuti arus nafsumu ”, batin saya yang terkesampingkan mulai menampakkan wajah beringasnya, telah berhasil untuk saya menghentikan segala kegiatan. Perlawanan saya akan pusing yang mendera, ketidaktelitian perumusan data, dan wajah yang pias terhuyung karena kurang tidur...sepertinya sudah menyerah kalah. Bendera putih terkibarkan oleh saya sendiri. Terlebih bahwa diri ini baru saja menjalani recovery dari sakit beberapa hari lalu. Semakin berkibarlah bendera itu......

” Mo cuti !!! cuti seumur hidup....... ”, berlalulah seorang Samosir di hadapan saya. Bapak separo baya itu tidak mengucapkan keluh apapun. Beliau hanya minta form pengajuan cuti pada salah satu krani saya. Dan sebelum pintu ruangan tertutup, kalimat itu ia luncurkan begitu saja. Tepat di hadapan saya, kalimat itu berubah menjadi wajah yang mengejek. Kilasan nasehat – nasehat dari keluarga untuk saya menghentikan ‘ hukuman kepada diri sendiri ‘ dan secepatnya kembali kepada mereka tergambar seperti paduan suara. Bernyanyi mereka. Salah satunya menampakkan wajah seorang Siti Nurhaliza. Ah, Siti Nurhaliza….begitu eloknya paras puan untuk saya. Sekejap saya berlari ke PC yang satu dan mulai menggoogling “ Siti Nurhaliza ‘. Seandainya ia adalah jodoh saya………( ???????? )

Hah, saya berpikir inilah kembara pikir yang cukup untuk menghibur diri saya. Saya tersenyum. Oh, saya terlupa. Meskipun di waktu yang tidak tepat……saya telah ‘ berhasil ‘ mendengarkan keponakan yang memanggil ‘ Om ‘ kepada saya.

“ Om miiiii, indaaaaaaah…. “ sehabis itu menangislah ia. Sepertinya sang mama ( kakak saya ) terlalu memaksa ia untuk sekedar menyapa saya. Dan saya merasa sangat tersanjung. Itu terjadi sore hari kemaren, sebelum saya masuk ke ruangan Estate Accountant dan dikasih marah besar. Ada lagi, paduan suara dari Aci Jajai. Adik dari mama saya, menanyakan bahwa apakah saya baik – baik saja. Tapi bukan itu yang membuat saya terharu, tapi cekikikan dari para sepupu, bahkan tangisan bayi 7 bulan ( anak salah satu sepupu saya ) ikut melatar belakangi komunikasi antara saya dengan adik tertua mama saya tersebut. Itu terjadi malam saat saya menyerah dan mengirim sms minta di do’a-kan sembuh karena saya sakit. Yang karena kabar ini pula, puluhan sms masuk ke Hp saya ( bahkan sempat over quota bila tidak saya back up dalam notebook ). Satu hal yang terjadi, saya merasa dihargai dan dianggap ada – tidak seperti selama ini yang saya kira oleh mereka – mereka.

Kembali masalah pengalihan, saya merasa sudah mengalihkan rutinitas saya dengan menceritakan ini. Saya tidak menyebut ini sampah, karena ini terlalu berharga untuk saya. Biar saya abadikan saja dulu di sini. Setidaknya nanti saat saya membuka kembali lembaran postingan saya dan menemukan ini, maka saya mengenang bahwa saya pernah mengalihkan rutinitas saya dengan menulis. Satu hal lagi yang pasti, saya berhasil tersenyum. Setidaknya ekspresi ini sudah berada kembali di wajah saya, dan lumayan ada penambahan kecakepan sedikit....

Wah, sedikit narsis. Tak tahulah, setuju atau tidak atas proklamasi saya ini. Saya ucapkan, terima kasih sangat kepada kawan – kawan yang menyempatkan membaca ini. Terutama kepada teman – teman yang sudah memberikan attention atas sakitnya saya tempo hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar