Powered By Blogger

Juni 19, 2009

Setelah itu, biarlah orang – orang berbicara tentang kita

“ Mereka katupkan kelopak mataku – setela berputus asa – lantas bergegas pergi membelikanku kafan
Salah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
Pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku
Salah seorang mendatangiku lalu melucutiku
dari semua pakaian dan menelanjangi ku sendirian
mengucurkan air dari atasku dan memandikanku
tiga kali seraya meminta kafan dari keluargaku
Mereka mengenakanku baju tanpa lengan, mengafaniku
Hanya ules sebagai bekalku
Mereka menaruhku di dekat mihrab lalu mundur
di belakang imam, menyolatiku lalu melepasku. Mereka menyolatiku diriku dengan sholat tanpa ruku’
dan tanpa sujud, semoga Allah Ta’ala merahmatiku “ ( * )


Saudaraku,
Kita di sini, sedang menanti detik demi detik kematian yang pasti menjemput. Menunggu saat kita menarik nafas terakhir, dan menghembuskannya lagi untuk untuk yang terakhir. Saat udara dingin merayap dari ujung jemari, kaki, hingga bagian kepala. Saat mata terkatup dan tak bisa terbuka lagi. Ketika badan terbujur dan tak bisa bergerak. Ketika kita masuk dalam keranda, dan diangkat oleh anggota keluarga dan teman – teman kita.

Setelah itu, biarlah orang – orang berbicara tentang kita ( ** )



* Fasatadzkuruuna maa aquulu laqum waqafaat liman araadan najaat,
Abdul Muhsin bin Abdur Rahman bin Abdul Muhsin
** Tarbawi, Edisi 83 tahun 5 ( 29 April 2004 ). Ruhaniyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar